Jenis – jenis kerusakan di aspal jalan yang sering terjadi, adalah
1. Retak Kulit Buaya (Fatigue Alligator Cracking)
Retak Kulit Buaya (alligator cracks) atau istilah lainnya adalah chickenwire cracks, alligator cracks, polygonal cracks, dan crazing, yaitu kerusakan jalan berupa retak yang memiliki celah cukup lebar. Lebar celah retak ≥ 3 mm dan saling berangkali membentuk serangkaian kotak-kotak kecil yang menyerupai kulit buaya atau kawat untuk kandang ayam. Umumnya daerah dimana terjadi retak kulit buaya tidak luas. Jika daerah dimana terjadi retak kulit buaya luas. Kemungkinan terjadi akibat bahan perkerasan jalan yang kurang baik, tanah dasar lapisan di bawah permukaan kurang stabil yang mungkin terjadi akibat tidak dilakukannya survey terhadap kondisi tanah sebelum dilakukannya perkerasan jalan. Juga disebabkan oleh repetisi beban lalu lintas yang melampaui beban yang dapat dipikul oleh lapisan permukaan tersebut.
Retak kulit buaya adalah serangkaian retak yang saling bersambung, yang disebabkan rusak kelelahan pada permukaan hot mix akibat lalu lintas berulang. Pada perkerasan tipis retak dimulai dari dasar, dimana tensile stress cukup besar lalu menjalar kepermukaan dalam bentuk satu atau lebih retak memanjang. Ini merupakan retak yang umum atau “klasik”atau disebut “bottom –up”. Pada perkerasan yang cukup tebal retak biasanya dimulai dari atas pada lokasi tensile tress yang tinggi yang dihasilkan dari interaksi ban dan asphalt binder aging (to-down cracking). Setelah beban berulang retak memanjang akan saling tersambung membentuk bersudut banyak dan terbentuk seperti kulit buaya.
Masalah yang timbul :
(1) indikasi kerusakan struktural setempat/ menyeluruh pada perkerasan.
(2) retak dapat dimasuki air
(3) roughness
(4) dapat berlanjut menjadi rusak berlobang akibat dari pelepasan butir-butir.
Kemungkinan penyebab:
(1) Bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik.
(2) Pelapukan permukaan.
(3) Air tanah pada badan perkerasan jalan.
(4) Tanah dasar/ lapisan dibawah permukaan kurang stabil.
(5) Menurunnya karakteristik menanggung beban, pada base, subbase akibat drainese yang buruk atau kualitas base yang mengandung clay.
(6) Stripping pada dasar hot mix, bagian yang tripping berkontribusi melemahkan kekuatan perkerasan akibatnya efektif tebal perkerasan berkurang
(7) Meningkatnya beban (UMP beban berlebih dibanding dengan desain)
(8) Tidak memadainya desain struktur perkerasan
(9) Pelaksanaan yang tidak baik umpamanya pemadatan yang tidak tercapai sesuai ketentuan.
Perbaikan:
(1) Kerusakan harus diteliti untuk menentukan akar penyebab termasuk test pit atau coring untuk mengetahui adanya air dibawah perkerasan, perbaikan umumnya dengan dua kategori,
• Rusak setempat menunjukan subgrade yang lemah, ganti dengan pengalian dan perbaiki drainasenya, lalu di tambal dengan material baru
• Retak yang luas menunjukan kerusakan struktur secara umum, lakukan overlay yang cukup
(2) Melakukan lapisan taburan aspal dua lapis. Jika celahnya kurang dari 3 mm sebaiknya bagian yang telah mengalami retak akibat air yang merembes masuk ke lapisan fondasi tanah dibongkar terlebih dahulu dan dibuang bagian yang basah, kemudian dilapisi lagi dengan bahan yang sesuai.
2. Retak Sambungan Jalan (Lane Joint Cracks)
Sesuai dengan namanya retak ini terjadi pada sambungan dua jalur lalu lintas dan berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks). Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar.
Kemungkinan penyebab:
Ikatan sambungan kedua jalur yang kurang baik.
Akibat lanjutan:
(1) Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan dan akan mengganggu kenyamanan berkendaraan.
(2) Lepasnya butir pada tepi retak dan bertambah lebar.
Hal yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan :
Perbaikan dapat dilakukan dengan memasukan campuran aspal cair dan pasir kedalam celah yang terjadi .
3. Retak Halus / Rambut
Yang dimaksud retak halus adalah retak yang terjadi mempunyai lebar celah≤ 3 mm. Sifat penyebarannya dapat setempat atau luas pada permukaan jalan.
Kemungkinan penyebab:
(1) Bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik.
(2) Pelapukan permukaan.
(3) Air tanah pada badan perkerasan jalan.
(4) Tanah dasar/ lapisan dibawah permukaan kurang stabil.
Akibat lanjutan:
(1) Meresapnya air pada badan jalan sehingga mempercepat kerusakan dan menimbulkan ketidak-nyamanan berkendaraan.
(2) Berkembang menjadi retak buaya (alligator cracks).
Hal yang perlu dilakukan untuk pemeliharaan :
Ditambal atau di tutuo sesuai dengan ukuran dan tingkat kerusakannya.
4. Retak Sambungan Bahu (Edge Joint Cracks)
Sesuai dengan namanya retak ini umumnya terjadi pada daerah sambungan perkerasan dengan bahu yang beraspal. Retak ini berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks) dan biasanya terbentuknya pada permukaan bahu beraspal. Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar.
Kemungkinan penyebab:
(1) Perbedaan ketinggian antara bahu beraspal dengan perkerasan, akibat penurunan bahu.
(2) Penyusutan material bahu/ badan perkerasan jalan.
(3) Drainase kurang baik.
(4) Roda kendaraan berat yang menginjak bahu beraspal.
(5) Material pada bahu yang kurang baik/ kurang memadai.
Akibat lanjutan:
(1) Menimbulkan kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan akibat meresapnya air pada badan jalan dan mengganggu kenyamanan berkendaraan.
(2) Berkembang menjadi besar yang diikuti oleh pelepasan butir pada tepi retak.
Hal yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan :
(1) Retak dapat ditutup dengan larutan pengisi, retak yang besar diisi dengan larutan emulsi aspal yang diikuti dengan penanganan permukaan atau larutan pengisi .
(2) Pengkasaran dengan pemanas dan lapis tambahan(overlay).
5. Retak Refleksi Sambungan (Joint Reflection Cracking)
Kerusakan ini terjadi pada lapisan tambahan (overlay), dapat berbentuk memanjang (longitudinal cracks), diagonal (diagonal cracks), melintang (transverse cracks), ataupun kotak (blocks cracks) yang menggambarkan pola retakan perkerasan dibawahnya. Retak ini dapat terjadi bila retak pada perkerasan lama tidak diperbaiki secara benar sebelum pekerjaan pelapisan ulang (overlay) dilakukan.
Kemungkinan penyebab:
(1) Pergerakan vertikal/ horizontal di bawah lapis tambahan (lapisan overlay) sebagai akibat perubahan kadar air pada tanah dasar yang ekspansif .
(2) Perbedaan penurunan (settlement) dari timbunan/ pemotongan badan jalan dengan struktur perkerasan.
(3) Pergerakan plat beton dibawah perkerasan hot mix karena thermal atau perubahan kadar air
(4) Biasanya tidak disebabkan oleh beban lalu lintas, namun demikian lalu lintas dapat memperparah lerusakan
Akibat lanjutan:
(1) Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan dan akan mengganggu kenyamanan berkendaraan.
(2) Lepasnya butir pada tepi retak sehingga kerusakan akan bertambah parah.
(3) Air masuk perkerasan, roughness.
Hal yang dilakukan dalam pemeliharaan :
Retak dapat ditutup dengan larutan pengisi, retak yang besar diisi dengan larutan emulsi aspal yang diikuti dengan penanganan permukaan. Strategi tergantung pada keparahan retaknya, untuk retak tidak parah (kurang dari 1/2 inci lebar retak), retak disealing untuk mencegah masuknya air dan ravelling pada sisi retak, untuk retak parah (lebih dari 1/2 inci lebar retak dan retaknya banyak) bongkar retak dan diganti dengan overlay
6. Retak Susut
Retak yang terjadi tersebut saling bersambungan membentuk kotak besar dengan sudut tajam atau dapat dikatakan suatu interconnected cracks yang membentuk suatu seri blocks cracks. Umumnya penyebaran retak ini menyeluruh pada perkerasan jalan.
Kemungkinan penyebab:
(1) Perubahan volume perkerasan yang mengandung terlalu banyak aspal dengan penetrasi rendah.
(2) Perubahan volume pada lapisan pondasi dan tanah dasar.
Akibat lanjutan:
(1) Retak ini akan menyebabkan meresapnya air pada badan jalan sehingga akan menimbulkan kerusakan setempat atau menyeluruh pada perkerasan jalan dan mengganggu kenyamanan berkendaraan.
(2) Lepasnya butir pada tepi retak sehingga timbul lubang (potholes).
Hal yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan :
Mengisi celah dengan campuran aspal cair dan burtu .
7. Retak Slip (Parabolic Cracks)
Kerusakan ini sering disebut dengan parabolic cracks, shear cracks, atau crescent shaped cracks. Bentuk retak lengkung menyerupai bulan sabit atau berbentuk seperti jejak mobil disertai dengan beberapa retak. Kadang-kadang terjadi bersama dengan terbentuknya sungkur (shoving).
Kemungkinan penyebab:
(1) Ikatan antar lapisan aspal dengan lapisan dibawahnya tidak baik yang disebabkan kurangnya aspal/ permukaan berdebu
(2) Pengunaan agregat halus terlalu banyak.
(3) Lapis permukaan kurang padat/ kurang tebal
(4) Penghamparan pada temperature aspal rendah atau tertarik roda penggerak oleh mesin penghampar aspal/ mesin lainnya.
Akibat lanjutan:
(1) Kerusakan setempat atau menyeluruh pada perkerasan jalan dan akan mengganggu kenyamanan berkendaraan.
(2) Lepasnya butir pada tepi retak sehingga timbul lubang (potholes).
Hal yang dilakukaan dalam pemeliharaan :
Melakukan pembongkaran aspal yang rusak kemudian dilakukan penambalan permukaan
8. Retak Sambungan Pelebaran (Widening Cracks)
Bentuk retak ini adalah retak memanjang (longitudinal cracks) yang akan terjadi pada sambungan antara perkerasan lama dengan perkerasan pelebaran. Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar dan akan meresapkan air pada lapisan perkerasan.
Kemungkinan penyebab:
(1) Ikatan sambungan yang kurang baik.
(2) Perbedaan kekuatan/ daya dukung perkerasan pada jalan pelebaran dengan jalan lama.
Akibat lanjutan:
(1) Ikatan sambungan kedua jalur yang kurang baik.
(2) Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan dan akan mengganggu kenyamanan berkendaraan.
(3) Lepasnya butir pada tepi retak dan bertambah lebar.
Hal yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan :
Perbaikan dilakukan dengan mengisi celah-celah yang timbul dengan campuran aspal cair dan pasir.
9. Retak Tepi (Edge Cracks)
Retak ini disebut juga dengan retak garis (lane cracks) dimana terjadi pada sisi tepi perkerasan/ dekat bahu dan berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks) dengan atau tanpa cabang yang mengarah ke bahu. Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar. Kemungkinan yang menjadi penyebab kerusakan ini adalah bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik, pelapukan permukaan, air tanah pada badan perkerasan jalan, tanah dasar di bawah permukaan kurang stabil. Selain itu retak ini kemungkinan juga terjadi akibat akar tanaman yang tumbuh di sekitar badan jalan.
Kemungkinan penyebab:
(1) Bahan dibawah retak pinggir kurang baik atau perubahan volume akibat jenis ekspansif clay pada tanah dasar .
(2) Sokongan bahu samping kurang baik.
(3) Drainase kurang baik.
(4) Akar tanaman yang tumbuh di tepi perkerasan dapat pula menjadi sebab terjadinya retak tepi.
Akibat lanjutan:
(1) Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan sehingga mengganggu kenyamanan berkendaraan.
(2) Retak akan berkembang menjadi besar yang diikuti oleh pelepasan butir pada tepi retak.
Hal yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan :
(1) Perbaikan bergantung pada tingkat kerusakannya, jika bahu jalan tidak mendukung pinggir perkerasan maka material yang buruk di bongkar dan di gantikan dengan material baik yang dipadatkan .
(2) Jika air menjadi faktor penyabab kerusakan pecah ,maka harus dibuatkan drainase.
(3) Penambahan parsial .
10. Bleeding
Bleeding adalah film aspal pada permukaan perkerasan, yang biasanya terlihat licin dan seperti kaca yang seterusnya dapat lengket pada roda kendaraan.
Masalah: hilangnya skid resistance terutama saat hujan.
Penyebab yang mungkin: bleeding terjadi bila ruang antar agregat diisi seluruhnya oleh aspal terutama saat cuaca
Panas yang mengembang kepermukaan perkerasan. Karena saat cuaca dingin aspal tidak bisa masuk lagi pada
Perkerasan maka aspal akan terakumulasi pada permukaan perkerasan, hal ini terjadi akibat kombinasi
(1) Kelebihan aspal pada campuran bisa dari salah mix disain atau saat produksinya
(2) Kelebihan takaran pada penyemprotan chip seal
(3) Rendahnya kadar pori pada campuran.
Perbaikan : perbaikan dibawah ini hanya memperkecil aspal dipermukaan tetapi tidak memperbaiki masalah penyebab bleding
(1) Bleeding terbatas gunakan pasir kasar untuk blot up kelebihan aspal
(2) Bleeding yang luas buang dengan grader atau heater palner, lalu diresurfacing.
11. Block Cracking
Block Cracking adalah retak yang saling terhubung yang membagi perkerasan menjadi beberapa bagian persegi, blok
Berukuran kira-kira 0,1 m2 – 9 m2. Blok yang luas diklasifikasi sebagai retak memanjang dan melintang. Blok cracking umumnya terjadi pada bagian perkerasan yang jarang dilalui lalu lintas.
Penyebab yang mungkin: HMA shringkage akibat temperatur berulang, umunya disebabkan tidak mampunya aspal
Mengembang dan mengerut akibat cyles temperatur disebabkan
(1) Aspal binder aging
(2) Pemilihan aspal yang jelek saat mix disain
Perbaikan: tergantung parah tidaknya kerusakan. Kerusakan yang rendah (lebar kurang dari 1/2 inci) cukup retak disealing untuk mencegah masuk air dan tidak terjadi ravelling pada sisi retak, retak parah (lebar lebih dari 1/2 inci dan reveled pada sisi retak) bongkar dan ganti dengan overlay.
12. Ketidakrataan dan Tersungkur (Corrugation and Shoving)
Corrugation and Shoving suatu pergerakan plastis biasanya keriting atau terdorong melintang permukaan perkerasan,kerusakan biasanya melintang arah lalu lintas,yang biasa terjadi dipersimpangan
Masalah : roughness
Kemungkinan penyebab :
(1) Biasanya disebabkan gerakan lalu lintas (bergerak dan behenti) dikombinasi dengan low stiffness HMA
(2) Disebabkan campuran terkontaminasi
(3) Desain campuran yang salah
(4) Produksi yang salah atau penguapan
(5) Penggunaan aspal emulsi yang terhambat
(6) Kadar air yang berlebihan di subgrade.
Perbaikan: kerusakan yang parah harus dicari akar penyebabnya, strategi perbaikan antara lain dengan
a) Untuk rusak yang terbatas maka buang yang rusak dan ditambal
b) Rusak meluas mengindikasikan kerusakan umum campuran, maka bongkar dan perbaiki dengan overlay
13. Melendut (Depression)
Depression adalah daerah setempat perkerasan yang lebih rendah dari elevasi yang sesungguhnya, lendutan ini umumnya terjadi setelah hujan dan air masuk ke tepi perkerasan.
Masalah yang timbul : roughness, lendutan yang diisi oleh air dapat menyebabkan vehicle hydroplaning.
Kemungkinan penyebab: settlement subgrade akibat pemadatan yang tidak cukup, atau ada bagian subgrade yang
Lemah.
Perbaikan: harus diteliti akar masalah penyebabnya apakah akibat subgrade yang turun atau sebab lainnya, daerah yang turun dibongkar dan diganti dengan materail yang baik, lalu tutup dengan tambalan.
14. Retak Memanjang (Longitudinal Cracking)
Longitudinal crack adalah retak yang paralel terhadap as jalan atau arah penghamparan, biasanya jenis fatigue cracking.
Masalah yang timbul: bisa kemasukan air, roughness, indikasi akan terjadi retak buaya dan kerusakan struktur.
Penyebab yang mungkin:
a) Pelaksanaan sambungan yang jelek atau salah lokasinya,sambungan merupakan daerah perkerasan yang kurang padat, oleh sebab itu harus dibuat diluar jejak roda sehingga beban berkurang,
b) Refektif retak dari lapisan dibawahnya
c) Fatigue hot mix yang dapat berlanjut menjadi retak buaya
d) Top-down cracking.
Perbaikan : strategi tergantung tingkat kerusakan
a) Rusak ringan dengan lebar retak kurang dari 1/2 inci seal retak untuk menghindari masuk air dan terjadinya raveling pada sisi retak
b) Rusak berat dengan lebar retak lebih dari 1/2 inci bongkar dan diperbaiki dengan overlay
15. Tambalan (Patching)
Patching adalah daerah perkerasan yang telah diganti dengan material baru untuk memperbaiki perkarasan lama
Masalah : roughness
Kemungkinan penyebab : kerusakan perkerasan setempat yang dibuang dan ditambal, pemotongan utilitas
Perbaikan : tambalan sendiri merupakan tindakan perbaikan, hanya saja perbaikan sendiri harus dilihat
sebagai struktural atau non structural
16. Aggregat Melicin (Polished Aggregate)
Polished Aggregate adalah daerah pada perkerasan dimana bagian agregat bagian permukaan perkerasan beraspal sangat sedikit atau tidak ada sama sekali butiran agregat yang bersudut
Masalah yang timbul : menurunnya skid resistance
Penyebab yang mungkin : pengerusan lalu lintas yang berulang,umumnya akibat perkerasan menua yang menyebabkan butiran bersudut menjadi licin, hal ini terjadi dengan cepat apabila agregat rentan terhadap abrasi atau terkena studded tire wear yang berlebihan.
Perbaikan : berikan lapisan skid resistance seperti slurry seal atau BST atau overlay
17. Berlubang (Potholes)
Plotholes adalah penurunan berbentuk cekungan dari permukaan perkerasan sampai seluruh lapisan hotmix sampai ke base coursenya,umumnya mempunyai sisi yang tajam dan vertikal dekat sisi dari lobang, lobang biasa terjadi pada jalan yang mempunyai hotmix yang tipis 25 sampai 50 mm dan jarang terjadi pada jalan hot mix yang tebal 100 mm.
Masalah yang timbul: roughness dan infiltrasi air pada perkerasan
Penyebab yang mungkin:
a) Umumnya lobang merupakan hasil dari retak buaya, lalu berlanjut akibat lalu lintas
b) Terlepasnya bagian retak menjadi lobang.
Perbaikan: dengan penambalan.
18. Tergerus (Raveling)
Raveling adalah kerusakan yang berlanjut pada lapisan hot mix dari permukaan berlanjut ke bawahnya sebagai akibat terlepasnya butiran agregat.
Masalah yang timbul :
a) Terlepasnya dubu pada perkerasan
b) Roughness
c) Air yang terkumpul pada bagian yang reveling bisa menyebabkan hydroplaning
d) Hilangnya skid resistance.
Kemungkinan Penyebab:
a) Hilangnya ikatan butiran agregate dan aspal sebagai akibat
• Debu menyelimuti butiran agregat sehingga aspal melekat pada debu bukan pada agregat
• Segregasi agregat, apabila butiran halus hilang dari matrik agregat, lalu aspal hanya mampu merekat pada agregat kasar yang relatif mempunyai titik kontak yang terbatas
• Tidak cukup pemadatan saat pelaksanaan, kepadatan yang tinggi diperlukan untuk membuat kohesi dalam hotmix
b) Pelepasan mekanis oleh jenis lalu lintas tertentu.
Perbaikan: perkerasan yang raveling harus diteliti akar penyebab kerusakan, umumnya dibagi dua kategori rusak yang kecil dibuang dan ditambal ulang, rusak yang besar mengindikasikan kerusakan
19. Beralur (Rutting)
Rutting adalah depresi permukaan perkerasan pada jejak roda, terjadi jembulan sepanjang sisi yang beralur tersebut, alur akan nampak setelah turun hujan dan terisi air, ada dua jenis rutting yaitu rutting campuran dan rutting subgrade. Rutting campuran terjadi bila subgrade belum rutting, tetapi terjadi depresi permukaan pada jejak roda sebagai akibat masalah pemadatan/ desain campuran. Subgrade rutting terjadi bila menunjukan subgrade depresi akibat beban, dalam hal ini perkerasan settle pada subgrade yang diikuti oleh depresi permukaan pada jejak roda.
Masalah yang timbul: alur yang terisi air akan menyebabkan vechile hydroplaning, dapat berbahaya karena akan menarik kendaraan tetap berada pada lajur alur.
Penyebab yang mungkin: deformasi permanen pada suatu lapisan perkerasan atau subgrade biasanya disebabkan konsolidasi atau pergerakan lateral material akibat beban lalu lintas
Penyebab khususnya adalah:
a) Kurang pemadatan lapisan hot mix saat pelaksanaan, bila kepadatan awalnya belum cukup, perkerasan akan terus memadat dibawah pengaruh beban lalu lintas
b) Subgrade rutting akibat tidak memadainya struktur perkerasan
c) Tidak memadainya perencanaan campuran umpamanya akibat terlalu tingginya kadar aspal, kebanyakan material filler, tidak memadainya jumlah butiran agregat yang bersudut.
Rutting yang diakibatkan studded tire wear menunjukan masalah yang sama seperti rutting yang dibicarakan diatas, tetapi hal ini akibat mechanical dislodging (pengeluaran mekanis) akibat pemakaian bukan deformasi perkerasan.
Perbaikan : rutting yang berat harus diteliti akar penyebabnya apakah kurang pemadatan, subgrade rutting, desain campuran salah atau studded tire wear, rutting yang kecil < 1/3 inci (7 mm) dalamnya biasanya dibiarkan saja, sedangkan yang berat harus diratakan dan dioverlay.
20. Retak Menggeser/ Slip (Slipage Cracking)
Slipage Cracking adalah retak bentuk bulan sabit atau setengah lingkaran umumnya mempunyai dua titik akhir sesuai arah lalu lintas.
Masalah yang timbul: bisa kemasukan air, dan roughness.
Penyebab yang mungkin : pengereman atau belokan roda kendaran yang menyebabkan permukaan perkerasan slip dan berubah posisi, terjadinya slip dan deformasi disebabkan rendahnya kekuatan permukaan campuran atau ikatan yang lemah antara permukan hot mix dengan lapisan dibawahnya pad suatu susunan struktur perkerasan.
Perbaikan :bongkar dan ganti bagian daerah yang rusak tersebut.
21. Stripping
Stripping adalah hilangnya ikatan antara agregat dan aspal pengikat yang umumnya dimulai pada dasar hotmix dan berlanjut kearah atas, apabila stripping mulai dari permukaan dan berlanjut ke bawah hal ini dinamakan ravelling.
Masalah yang timbul: menurunnya daya dukung struktural, rutting, shoving/corugation, ravelling atau craking alligator atau longitudinal.
Penyebab yang mungkin:bottom-up stripping susah dikenali karena merupakan manifestasi pada permukaan perkerasan itu sendiri akibat bentuk distres yang lainnya termasuk rutting, shoving/corugation, ravelling, atau cracking
Biasanya perlu dilakukan coring untuk menentukan secara jelas akibat kerusakan tersebut hal ini terjadi akibat
a) Sifat kimia permukaan agregat yang jelek
b) Air pada campuran hot mix menyebabkan kerusakan akibat air
c) Overlay diatas lapisan existing open graded menurut pengalaman wsdot overlay diatas ini cenderung stripping
Perbaikan : stripping pada perkerasan harus diteliti akar masalah penyebabnya umpamanya bagaimana air bisa masuk perkerasan, umumnya perkerasan yang rusak dibongkar dan diganti setelah dilakukan pernbaikan masalah drainase bawah permukaan (subsurface drainage).
22. Retak Termal Melintang (Transverse Thermal Cracking)
Transverse Thermal Cracking adalah retak pada perkerasan arah melintang sumbu jalan atau arah pengaspalan, biasanya merupakan jenis retak thermal
Masalah yang timbul : memungkinkan infiltrasi air, roughness
Kemungkinan penyebab :
a) Shringkage pada permukaan campuran akibat temperatur rendah atau penuaan aspal
b) Reflective crack akibat retak dibawah lapisan permukaan
c) Top-down cracking
Perbaikan :
Strategi tergantung tingkat kerusakan dan berlanjutnya retak
a) Retak ringan lebar (kurang dari 1/2 inci dan tidak meluas), sealing retak untuk mencegah masuknya air ke subgrade melalui retak dan terjadinya raveling pada sisi retak
b) Retak berat lebar (lebih dari 1/2 inci dan meluas) bongkar dan ganti perkerasan yang retak dengan overlay
23. Water Bleeding / Pumping
Hal ini terjadi apabila air merembes keluar joint atau retak atau melalui lapisan hotmix yang sangat porus, pumping terjadi apabila air dan materail halus ikut keluar dari bawah lapisan pekerasan melalui retak akibat pengaruh beban lalu lintas
Masalah yang timbul :
a) Menurunnya skid reistance, suatu indikasi tingginya porositas perkerasan (water bleeding),
b) Menurunnya daya dukung struktural (pumping).
Penyebab yang mungkin:
a) Perkerasan yang porus akibat kurang pemadatan sewaktu pelaksanaan atau perencanaan campuran yang salah
b) Tingginya muka air tanah
c) Drainase yang jelek
Perbaikan :Water bleeding atau pumping harus diteliti akar penyebabnya apabila masalah disebabkan muka air tanah yang tinggi atau drainase yang jelek, drainase subgrade harus diperbaiki
Untuk Jenis Kerusakan Aspal bisa dilihat disini
Untuk Jenis - Jenis Aspal bisa dilihat disini
1. Retak Kulit Buaya (Fatigue Alligator Cracking)
Retak Kulit Buaya (alligator cracks) atau istilah lainnya adalah chickenwire cracks, alligator cracks, polygonal cracks, dan crazing, yaitu kerusakan jalan berupa retak yang memiliki celah cukup lebar. Lebar celah retak ≥ 3 mm dan saling berangkali membentuk serangkaian kotak-kotak kecil yang menyerupai kulit buaya atau kawat untuk kandang ayam. Umumnya daerah dimana terjadi retak kulit buaya tidak luas. Jika daerah dimana terjadi retak kulit buaya luas. Kemungkinan terjadi akibat bahan perkerasan jalan yang kurang baik, tanah dasar lapisan di bawah permukaan kurang stabil yang mungkin terjadi akibat tidak dilakukannya survey terhadap kondisi tanah sebelum dilakukannya perkerasan jalan. Juga disebabkan oleh repetisi beban lalu lintas yang melampaui beban yang dapat dipikul oleh lapisan permukaan tersebut.
Retak kulit buaya adalah serangkaian retak yang saling bersambung, yang disebabkan rusak kelelahan pada permukaan hot mix akibat lalu lintas berulang. Pada perkerasan tipis retak dimulai dari dasar, dimana tensile stress cukup besar lalu menjalar kepermukaan dalam bentuk satu atau lebih retak memanjang. Ini merupakan retak yang umum atau “klasik”atau disebut “bottom –up”. Pada perkerasan yang cukup tebal retak biasanya dimulai dari atas pada lokasi tensile tress yang tinggi yang dihasilkan dari interaksi ban dan asphalt binder aging (to-down cracking). Setelah beban berulang retak memanjang akan saling tersambung membentuk bersudut banyak dan terbentuk seperti kulit buaya.
Masalah yang timbul :
(1) indikasi kerusakan struktural setempat/ menyeluruh pada perkerasan.
(2) retak dapat dimasuki air
(3) roughness
(4) dapat berlanjut menjadi rusak berlobang akibat dari pelepasan butir-butir.
Kemungkinan penyebab:
(1) Bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik.
(2) Pelapukan permukaan.
(3) Air tanah pada badan perkerasan jalan.
(4) Tanah dasar/ lapisan dibawah permukaan kurang stabil.
(5) Menurunnya karakteristik menanggung beban, pada base, subbase akibat drainese yang buruk atau kualitas base yang mengandung clay.
(6) Stripping pada dasar hot mix, bagian yang tripping berkontribusi melemahkan kekuatan perkerasan akibatnya efektif tebal perkerasan berkurang
(7) Meningkatnya beban (UMP beban berlebih dibanding dengan desain)
(8) Tidak memadainya desain struktur perkerasan
(9) Pelaksanaan yang tidak baik umpamanya pemadatan yang tidak tercapai sesuai ketentuan.
Perbaikan:
(1) Kerusakan harus diteliti untuk menentukan akar penyebab termasuk test pit atau coring untuk mengetahui adanya air dibawah perkerasan, perbaikan umumnya dengan dua kategori,
• Rusak setempat menunjukan subgrade yang lemah, ganti dengan pengalian dan perbaiki drainasenya, lalu di tambal dengan material baru
• Retak yang luas menunjukan kerusakan struktur secara umum, lakukan overlay yang cukup
(2) Melakukan lapisan taburan aspal dua lapis. Jika celahnya kurang dari 3 mm sebaiknya bagian yang telah mengalami retak akibat air yang merembes masuk ke lapisan fondasi tanah dibongkar terlebih dahulu dan dibuang bagian yang basah, kemudian dilapisi lagi dengan bahan yang sesuai.
2. Retak Sambungan Jalan (Lane Joint Cracks)
Sesuai dengan namanya retak ini terjadi pada sambungan dua jalur lalu lintas dan berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks). Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar.
Kemungkinan penyebab:
Ikatan sambungan kedua jalur yang kurang baik.
Akibat lanjutan:
(1) Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan dan akan mengganggu kenyamanan berkendaraan.
(2) Lepasnya butir pada tepi retak dan bertambah lebar.
Hal yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan :
Perbaikan dapat dilakukan dengan memasukan campuran aspal cair dan pasir kedalam celah yang terjadi .
3. Retak Halus / Rambut
Yang dimaksud retak halus adalah retak yang terjadi mempunyai lebar celah≤ 3 mm. Sifat penyebarannya dapat setempat atau luas pada permukaan jalan.
Kemungkinan penyebab:
(1) Bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik.
(2) Pelapukan permukaan.
(3) Air tanah pada badan perkerasan jalan.
(4) Tanah dasar/ lapisan dibawah permukaan kurang stabil.
Akibat lanjutan:
(1) Meresapnya air pada badan jalan sehingga mempercepat kerusakan dan menimbulkan ketidak-nyamanan berkendaraan.
(2) Berkembang menjadi retak buaya (alligator cracks).
Hal yang perlu dilakukan untuk pemeliharaan :
Ditambal atau di tutuo sesuai dengan ukuran dan tingkat kerusakannya.
4. Retak Sambungan Bahu (Edge Joint Cracks)
Sesuai dengan namanya retak ini umumnya terjadi pada daerah sambungan perkerasan dengan bahu yang beraspal. Retak ini berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks) dan biasanya terbentuknya pada permukaan bahu beraspal. Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar.
Kemungkinan penyebab:
(1) Perbedaan ketinggian antara bahu beraspal dengan perkerasan, akibat penurunan bahu.
(2) Penyusutan material bahu/ badan perkerasan jalan.
(3) Drainase kurang baik.
(4) Roda kendaraan berat yang menginjak bahu beraspal.
(5) Material pada bahu yang kurang baik/ kurang memadai.
Akibat lanjutan:
(1) Menimbulkan kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan akibat meresapnya air pada badan jalan dan mengganggu kenyamanan berkendaraan.
(2) Berkembang menjadi besar yang diikuti oleh pelepasan butir pada tepi retak.
Hal yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan :
(1) Retak dapat ditutup dengan larutan pengisi, retak yang besar diisi dengan larutan emulsi aspal yang diikuti dengan penanganan permukaan atau larutan pengisi .
(2) Pengkasaran dengan pemanas dan lapis tambahan(overlay).
5. Retak Refleksi Sambungan (Joint Reflection Cracking)
Kerusakan ini terjadi pada lapisan tambahan (overlay), dapat berbentuk memanjang (longitudinal cracks), diagonal (diagonal cracks), melintang (transverse cracks), ataupun kotak (blocks cracks) yang menggambarkan pola retakan perkerasan dibawahnya. Retak ini dapat terjadi bila retak pada perkerasan lama tidak diperbaiki secara benar sebelum pekerjaan pelapisan ulang (overlay) dilakukan.
Kemungkinan penyebab:
(1) Pergerakan vertikal/ horizontal di bawah lapis tambahan (lapisan overlay) sebagai akibat perubahan kadar air pada tanah dasar yang ekspansif .
(2) Perbedaan penurunan (settlement) dari timbunan/ pemotongan badan jalan dengan struktur perkerasan.
(3) Pergerakan plat beton dibawah perkerasan hot mix karena thermal atau perubahan kadar air
(4) Biasanya tidak disebabkan oleh beban lalu lintas, namun demikian lalu lintas dapat memperparah lerusakan
Akibat lanjutan:
(1) Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan dan akan mengganggu kenyamanan berkendaraan.
(2) Lepasnya butir pada tepi retak sehingga kerusakan akan bertambah parah.
(3) Air masuk perkerasan, roughness.
Hal yang dilakukan dalam pemeliharaan :
Retak dapat ditutup dengan larutan pengisi, retak yang besar diisi dengan larutan emulsi aspal yang diikuti dengan penanganan permukaan. Strategi tergantung pada keparahan retaknya, untuk retak tidak parah (kurang dari 1/2 inci lebar retak), retak disealing untuk mencegah masuknya air dan ravelling pada sisi retak, untuk retak parah (lebih dari 1/2 inci lebar retak dan retaknya banyak) bongkar retak dan diganti dengan overlay
6. Retak Susut
Retak yang terjadi tersebut saling bersambungan membentuk kotak besar dengan sudut tajam atau dapat dikatakan suatu interconnected cracks yang membentuk suatu seri blocks cracks. Umumnya penyebaran retak ini menyeluruh pada perkerasan jalan.
Kemungkinan penyebab:
(1) Perubahan volume perkerasan yang mengandung terlalu banyak aspal dengan penetrasi rendah.
(2) Perubahan volume pada lapisan pondasi dan tanah dasar.
Akibat lanjutan:
(1) Retak ini akan menyebabkan meresapnya air pada badan jalan sehingga akan menimbulkan kerusakan setempat atau menyeluruh pada perkerasan jalan dan mengganggu kenyamanan berkendaraan.
(2) Lepasnya butir pada tepi retak sehingga timbul lubang (potholes).
Hal yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan :
Mengisi celah dengan campuran aspal cair dan burtu .
7. Retak Slip (Parabolic Cracks)
Kerusakan ini sering disebut dengan parabolic cracks, shear cracks, atau crescent shaped cracks. Bentuk retak lengkung menyerupai bulan sabit atau berbentuk seperti jejak mobil disertai dengan beberapa retak. Kadang-kadang terjadi bersama dengan terbentuknya sungkur (shoving).
Kemungkinan penyebab:
(1) Ikatan antar lapisan aspal dengan lapisan dibawahnya tidak baik yang disebabkan kurangnya aspal/ permukaan berdebu
(2) Pengunaan agregat halus terlalu banyak.
(3) Lapis permukaan kurang padat/ kurang tebal
(4) Penghamparan pada temperature aspal rendah atau tertarik roda penggerak oleh mesin penghampar aspal/ mesin lainnya.
Akibat lanjutan:
(1) Kerusakan setempat atau menyeluruh pada perkerasan jalan dan akan mengganggu kenyamanan berkendaraan.
(2) Lepasnya butir pada tepi retak sehingga timbul lubang (potholes).
Hal yang dilakukaan dalam pemeliharaan :
Melakukan pembongkaran aspal yang rusak kemudian dilakukan penambalan permukaan
8. Retak Sambungan Pelebaran (Widening Cracks)
Bentuk retak ini adalah retak memanjang (longitudinal cracks) yang akan terjadi pada sambungan antara perkerasan lama dengan perkerasan pelebaran. Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar dan akan meresapkan air pada lapisan perkerasan.
Kemungkinan penyebab:
(1) Ikatan sambungan yang kurang baik.
(2) Perbedaan kekuatan/ daya dukung perkerasan pada jalan pelebaran dengan jalan lama.
Akibat lanjutan:
(1) Ikatan sambungan kedua jalur yang kurang baik.
(2) Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan dan akan mengganggu kenyamanan berkendaraan.
(3) Lepasnya butir pada tepi retak dan bertambah lebar.
Hal yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan :
Perbaikan dilakukan dengan mengisi celah-celah yang timbul dengan campuran aspal cair dan pasir.
9. Retak Tepi (Edge Cracks)
Retak ini disebut juga dengan retak garis (lane cracks) dimana terjadi pada sisi tepi perkerasan/ dekat bahu dan berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks) dengan atau tanpa cabang yang mengarah ke bahu. Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar. Kemungkinan yang menjadi penyebab kerusakan ini adalah bahan perkerasan/ kualitas material kurang baik, pelapukan permukaan, air tanah pada badan perkerasan jalan, tanah dasar di bawah permukaan kurang stabil. Selain itu retak ini kemungkinan juga terjadi akibat akar tanaman yang tumbuh di sekitar badan jalan.
Kemungkinan penyebab:
(1) Bahan dibawah retak pinggir kurang baik atau perubahan volume akibat jenis ekspansif clay pada tanah dasar .
(2) Sokongan bahu samping kurang baik.
(3) Drainase kurang baik.
(4) Akar tanaman yang tumbuh di tepi perkerasan dapat pula menjadi sebab terjadinya retak tepi.
Akibat lanjutan:
(1) Kerusakan menyeluruh atau setempat pada perkerasan jalan sehingga mengganggu kenyamanan berkendaraan.
(2) Retak akan berkembang menjadi besar yang diikuti oleh pelepasan butir pada tepi retak.
Hal yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan :
(1) Perbaikan bergantung pada tingkat kerusakannya, jika bahu jalan tidak mendukung pinggir perkerasan maka material yang buruk di bongkar dan di gantikan dengan material baik yang dipadatkan .
(2) Jika air menjadi faktor penyabab kerusakan pecah ,maka harus dibuatkan drainase.
(3) Penambahan parsial .
10. Bleeding
Bleeding adalah film aspal pada permukaan perkerasan, yang biasanya terlihat licin dan seperti kaca yang seterusnya dapat lengket pada roda kendaraan.
Masalah: hilangnya skid resistance terutama saat hujan.
Penyebab yang mungkin: bleeding terjadi bila ruang antar agregat diisi seluruhnya oleh aspal terutama saat cuaca
Panas yang mengembang kepermukaan perkerasan. Karena saat cuaca dingin aspal tidak bisa masuk lagi pada
Perkerasan maka aspal akan terakumulasi pada permukaan perkerasan, hal ini terjadi akibat kombinasi
(1) Kelebihan aspal pada campuran bisa dari salah mix disain atau saat produksinya
(2) Kelebihan takaran pada penyemprotan chip seal
(3) Rendahnya kadar pori pada campuran.
Perbaikan : perbaikan dibawah ini hanya memperkecil aspal dipermukaan tetapi tidak memperbaiki masalah penyebab bleding
(1) Bleeding terbatas gunakan pasir kasar untuk blot up kelebihan aspal
(2) Bleeding yang luas buang dengan grader atau heater palner, lalu diresurfacing.
11. Block Cracking
Block Cracking adalah retak yang saling terhubung yang membagi perkerasan menjadi beberapa bagian persegi, blok
Berukuran kira-kira 0,1 m2 – 9 m2. Blok yang luas diklasifikasi sebagai retak memanjang dan melintang. Blok cracking umumnya terjadi pada bagian perkerasan yang jarang dilalui lalu lintas.
Penyebab yang mungkin: HMA shringkage akibat temperatur berulang, umunya disebabkan tidak mampunya aspal
Mengembang dan mengerut akibat cyles temperatur disebabkan
(1) Aspal binder aging
(2) Pemilihan aspal yang jelek saat mix disain
Perbaikan: tergantung parah tidaknya kerusakan. Kerusakan yang rendah (lebar kurang dari 1/2 inci) cukup retak disealing untuk mencegah masuk air dan tidak terjadi ravelling pada sisi retak, retak parah (lebar lebih dari 1/2 inci dan reveled pada sisi retak) bongkar dan ganti dengan overlay.
12. Ketidakrataan dan Tersungkur (Corrugation and Shoving)
Corrugation and Shoving suatu pergerakan plastis biasanya keriting atau terdorong melintang permukaan perkerasan,kerusakan biasanya melintang arah lalu lintas,yang biasa terjadi dipersimpangan
Masalah : roughness
Kemungkinan penyebab :
(1) Biasanya disebabkan gerakan lalu lintas (bergerak dan behenti) dikombinasi dengan low stiffness HMA
(2) Disebabkan campuran terkontaminasi
(3) Desain campuran yang salah
(4) Produksi yang salah atau penguapan
(5) Penggunaan aspal emulsi yang terhambat
(6) Kadar air yang berlebihan di subgrade.
Perbaikan: kerusakan yang parah harus dicari akar penyebabnya, strategi perbaikan antara lain dengan
a) Untuk rusak yang terbatas maka buang yang rusak dan ditambal
b) Rusak meluas mengindikasikan kerusakan umum campuran, maka bongkar dan perbaiki dengan overlay
13. Melendut (Depression)
Depression adalah daerah setempat perkerasan yang lebih rendah dari elevasi yang sesungguhnya, lendutan ini umumnya terjadi setelah hujan dan air masuk ke tepi perkerasan.
Masalah yang timbul : roughness, lendutan yang diisi oleh air dapat menyebabkan vehicle hydroplaning.
Kemungkinan penyebab: settlement subgrade akibat pemadatan yang tidak cukup, atau ada bagian subgrade yang
Lemah.
Perbaikan: harus diteliti akar masalah penyebabnya apakah akibat subgrade yang turun atau sebab lainnya, daerah yang turun dibongkar dan diganti dengan materail yang baik, lalu tutup dengan tambalan.
14. Retak Memanjang (Longitudinal Cracking)
Longitudinal crack adalah retak yang paralel terhadap as jalan atau arah penghamparan, biasanya jenis fatigue cracking.
Masalah yang timbul: bisa kemasukan air, roughness, indikasi akan terjadi retak buaya dan kerusakan struktur.
Penyebab yang mungkin:
a) Pelaksanaan sambungan yang jelek atau salah lokasinya,sambungan merupakan daerah perkerasan yang kurang padat, oleh sebab itu harus dibuat diluar jejak roda sehingga beban berkurang,
b) Refektif retak dari lapisan dibawahnya
c) Fatigue hot mix yang dapat berlanjut menjadi retak buaya
d) Top-down cracking.
Perbaikan : strategi tergantung tingkat kerusakan
a) Rusak ringan dengan lebar retak kurang dari 1/2 inci seal retak untuk menghindari masuk air dan terjadinya raveling pada sisi retak
b) Rusak berat dengan lebar retak lebih dari 1/2 inci bongkar dan diperbaiki dengan overlay
15. Tambalan (Patching)
Patching adalah daerah perkerasan yang telah diganti dengan material baru untuk memperbaiki perkarasan lama
Masalah : roughness
Kemungkinan penyebab : kerusakan perkerasan setempat yang dibuang dan ditambal, pemotongan utilitas
Perbaikan : tambalan sendiri merupakan tindakan perbaikan, hanya saja perbaikan sendiri harus dilihat
sebagai struktural atau non structural
16. Aggregat Melicin (Polished Aggregate)
Polished Aggregate adalah daerah pada perkerasan dimana bagian agregat bagian permukaan perkerasan beraspal sangat sedikit atau tidak ada sama sekali butiran agregat yang bersudut
Masalah yang timbul : menurunnya skid resistance
Penyebab yang mungkin : pengerusan lalu lintas yang berulang,umumnya akibat perkerasan menua yang menyebabkan butiran bersudut menjadi licin, hal ini terjadi dengan cepat apabila agregat rentan terhadap abrasi atau terkena studded tire wear yang berlebihan.
Perbaikan : berikan lapisan skid resistance seperti slurry seal atau BST atau overlay
17. Berlubang (Potholes)
Plotholes adalah penurunan berbentuk cekungan dari permukaan perkerasan sampai seluruh lapisan hotmix sampai ke base coursenya,umumnya mempunyai sisi yang tajam dan vertikal dekat sisi dari lobang, lobang biasa terjadi pada jalan yang mempunyai hotmix yang tipis 25 sampai 50 mm dan jarang terjadi pada jalan hot mix yang tebal 100 mm.
Masalah yang timbul: roughness dan infiltrasi air pada perkerasan
Penyebab yang mungkin:
a) Umumnya lobang merupakan hasil dari retak buaya, lalu berlanjut akibat lalu lintas
b) Terlepasnya bagian retak menjadi lobang.
Perbaikan: dengan penambalan.
18. Tergerus (Raveling)
Raveling adalah kerusakan yang berlanjut pada lapisan hot mix dari permukaan berlanjut ke bawahnya sebagai akibat terlepasnya butiran agregat.
Masalah yang timbul :
a) Terlepasnya dubu pada perkerasan
b) Roughness
c) Air yang terkumpul pada bagian yang reveling bisa menyebabkan hydroplaning
d) Hilangnya skid resistance.
Kemungkinan Penyebab:
a) Hilangnya ikatan butiran agregate dan aspal sebagai akibat
• Debu menyelimuti butiran agregat sehingga aspal melekat pada debu bukan pada agregat
• Segregasi agregat, apabila butiran halus hilang dari matrik agregat, lalu aspal hanya mampu merekat pada agregat kasar yang relatif mempunyai titik kontak yang terbatas
• Tidak cukup pemadatan saat pelaksanaan, kepadatan yang tinggi diperlukan untuk membuat kohesi dalam hotmix
b) Pelepasan mekanis oleh jenis lalu lintas tertentu.
Perbaikan: perkerasan yang raveling harus diteliti akar penyebab kerusakan, umumnya dibagi dua kategori rusak yang kecil dibuang dan ditambal ulang, rusak yang besar mengindikasikan kerusakan
19. Beralur (Rutting)
Rutting adalah depresi permukaan perkerasan pada jejak roda, terjadi jembulan sepanjang sisi yang beralur tersebut, alur akan nampak setelah turun hujan dan terisi air, ada dua jenis rutting yaitu rutting campuran dan rutting subgrade. Rutting campuran terjadi bila subgrade belum rutting, tetapi terjadi depresi permukaan pada jejak roda sebagai akibat masalah pemadatan/ desain campuran. Subgrade rutting terjadi bila menunjukan subgrade depresi akibat beban, dalam hal ini perkerasan settle pada subgrade yang diikuti oleh depresi permukaan pada jejak roda.
Masalah yang timbul: alur yang terisi air akan menyebabkan vechile hydroplaning, dapat berbahaya karena akan menarik kendaraan tetap berada pada lajur alur.
Penyebab yang mungkin: deformasi permanen pada suatu lapisan perkerasan atau subgrade biasanya disebabkan konsolidasi atau pergerakan lateral material akibat beban lalu lintas
Penyebab khususnya adalah:
a) Kurang pemadatan lapisan hot mix saat pelaksanaan, bila kepadatan awalnya belum cukup, perkerasan akan terus memadat dibawah pengaruh beban lalu lintas
b) Subgrade rutting akibat tidak memadainya struktur perkerasan
c) Tidak memadainya perencanaan campuran umpamanya akibat terlalu tingginya kadar aspal, kebanyakan material filler, tidak memadainya jumlah butiran agregat yang bersudut.
Rutting yang diakibatkan studded tire wear menunjukan masalah yang sama seperti rutting yang dibicarakan diatas, tetapi hal ini akibat mechanical dislodging (pengeluaran mekanis) akibat pemakaian bukan deformasi perkerasan.
Perbaikan : rutting yang berat harus diteliti akar penyebabnya apakah kurang pemadatan, subgrade rutting, desain campuran salah atau studded tire wear, rutting yang kecil < 1/3 inci (7 mm) dalamnya biasanya dibiarkan saja, sedangkan yang berat harus diratakan dan dioverlay.
20. Retak Menggeser/ Slip (Slipage Cracking)
Slipage Cracking adalah retak bentuk bulan sabit atau setengah lingkaran umumnya mempunyai dua titik akhir sesuai arah lalu lintas.
Masalah yang timbul: bisa kemasukan air, dan roughness.
Penyebab yang mungkin : pengereman atau belokan roda kendaran yang menyebabkan permukaan perkerasan slip dan berubah posisi, terjadinya slip dan deformasi disebabkan rendahnya kekuatan permukaan campuran atau ikatan yang lemah antara permukan hot mix dengan lapisan dibawahnya pad suatu susunan struktur perkerasan.
Perbaikan :bongkar dan ganti bagian daerah yang rusak tersebut.
21. Stripping
Stripping adalah hilangnya ikatan antara agregat dan aspal pengikat yang umumnya dimulai pada dasar hotmix dan berlanjut kearah atas, apabila stripping mulai dari permukaan dan berlanjut ke bawah hal ini dinamakan ravelling.
Masalah yang timbul: menurunnya daya dukung struktural, rutting, shoving/corugation, ravelling atau craking alligator atau longitudinal.
Penyebab yang mungkin:bottom-up stripping susah dikenali karena merupakan manifestasi pada permukaan perkerasan itu sendiri akibat bentuk distres yang lainnya termasuk rutting, shoving/corugation, ravelling, atau cracking
Biasanya perlu dilakukan coring untuk menentukan secara jelas akibat kerusakan tersebut hal ini terjadi akibat
a) Sifat kimia permukaan agregat yang jelek
b) Air pada campuran hot mix menyebabkan kerusakan akibat air
c) Overlay diatas lapisan existing open graded menurut pengalaman wsdot overlay diatas ini cenderung stripping
Perbaikan : stripping pada perkerasan harus diteliti akar masalah penyebabnya umpamanya bagaimana air bisa masuk perkerasan, umumnya perkerasan yang rusak dibongkar dan diganti setelah dilakukan pernbaikan masalah drainase bawah permukaan (subsurface drainage).
22. Retak Termal Melintang (Transverse Thermal Cracking)
Transverse Thermal Cracking adalah retak pada perkerasan arah melintang sumbu jalan atau arah pengaspalan, biasanya merupakan jenis retak thermal
Masalah yang timbul : memungkinkan infiltrasi air, roughness
Kemungkinan penyebab :
a) Shringkage pada permukaan campuran akibat temperatur rendah atau penuaan aspal
b) Reflective crack akibat retak dibawah lapisan permukaan
c) Top-down cracking
Perbaikan :
Strategi tergantung tingkat kerusakan dan berlanjutnya retak
a) Retak ringan lebar (kurang dari 1/2 inci dan tidak meluas), sealing retak untuk mencegah masuknya air ke subgrade melalui retak dan terjadinya raveling pada sisi retak
b) Retak berat lebar (lebih dari 1/2 inci dan meluas) bongkar dan ganti perkerasan yang retak dengan overlay
23. Water Bleeding / Pumping
Hal ini terjadi apabila air merembes keluar joint atau retak atau melalui lapisan hotmix yang sangat porus, pumping terjadi apabila air dan materail halus ikut keluar dari bawah lapisan pekerasan melalui retak akibat pengaruh beban lalu lintas
Masalah yang timbul :
a) Menurunnya skid reistance, suatu indikasi tingginya porositas perkerasan (water bleeding),
b) Menurunnya daya dukung struktural (pumping).
Penyebab yang mungkin:
a) Perkerasan yang porus akibat kurang pemadatan sewaktu pelaksanaan atau perencanaan campuran yang salah
b) Tingginya muka air tanah
c) Drainase yang jelek
Perbaikan :Water bleeding atau pumping harus diteliti akar penyebabnya apabila masalah disebabkan muka air tanah yang tinggi atau drainase yang jelek, drainase subgrade harus diperbaiki
Untuk Jenis Kerusakan Aspal bisa dilihat disini
Untuk Jenis - Jenis Aspal bisa dilihat disini