Konsep Green Construction Untuk Pembangunan Berkelanjutan

Konsep Green Construction Untuk Pembangunan Berkelanjutan

Konsep Green Construction Untuk Pembangunan Berkelanjutan
Sumber : Google.com
Konsep Green Construction Untuk Pembangunan Berkelanjutan
Sumber : Google.com

Green construction & Green Building adalah sebuah konsep tentang membuat bangunan yang ramah lingkungan. Mengapa perlu dilakukan pembangunan yang ramah lingkungan atau pembangunan hijau? Tidak lain karena menurunnya kapasitas dan daya dukung lingkungan dari tahun ke tahun akibat pembangunan konstruksi, maka sudah selayaknya penerapan konsep green dalam pembangunan harus diterapkan di setiap negara. Tujuan dari green construction dan green Building ini adalah terwujudnya pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) yang memiliki konsep green.

Konsep “Green” dalam pembangunan tidak berarti tren menggunakan media vegetasi dalam dalam proses pembangunan, tetapi mengedepankan penerapan ramah lingkungan mulai dari tahap perencanaan, pengadaan, pelaksanaan, pengoperasian sampai proses pembongkaran suatu bangunan. Dalam hal ini dilakukan melalui proses konsep desain, pemilihan jenis material, metode kerja, pemilihan peralatan kerja serta manajemen selama pengoperasian suatu bangunan. Lantas apa saja tujuan dari konsep konstruksi hijau?

1. Mengurangi Polusi Selama Proyek

Konsep konstruksi hijau salah satunya adalah meminimalisir dampak polusi  selama konstruksi berlangsung. Polusi yang terjadi tentunya akan memberikan efek kepada lingkungan misalnya pencemaran terhadap lingkungan akibat debu dari material konstruksi, pencemaran udara akibat peralatan konstruksi, serta suara bising yang mengganggu dari aktifitas peralatan konstruksi. Maka, hal – hal tersebut perlu di minimalisir dengan adanya manajemen yang, metode dan pemilihan material dan peralatan yang lebih ramah lingkungan.

2. Mengurangi Limbah Material

Dalam hal ini tujuan dari Konstruksi Hijau yaitu mengurangi timbulnya limbah material selama proses konstruksi baik berasal dari material konstruksi seperti (Beton, Rebar, Kayu, Bata, Tegel, Agregat dsb) maupun material non konstruksi seperti (Kemasan, Kertas, Sterofoam makanan, plastik minuman dsb). Hal ini dapat terwujud jika peran Manajemen Waste Material Konstruksi telah diterapkan dengan baik oleh pihak pelaksana selama proses konstruksi. Upaya ini setidaknya dapat mereduksi biaya yang hilang (Hidden Cost) dari anggaran total material yang dianggarkan dan juga dari aspek lingkungan dapat mengurangi volume pembuangan limbah material pada area pembuangan (Landfill) serta dapat meminimalisir potensi pencemaran lingkungan dari material B3 (Bahan Berbahaya dan beracun).

3. Efisiensi Penggunaan Energi

Selama proyek berlangsung tentunya penggunaan energi sangat dibutuhkan untuk menunjang aktifitas konstruksi tersebut misalnya penggunaan energi listrik maupun bahan bakar. Maka salah satu tujuan konstruksi hijau adalah mengupayakan penggunaan energi yang efisien dan optimal. Upaya – upaya yang dapat dilakukan dalam upaya efisiensi energi selama konstruksi misalnya :

1. Mengurangi penggunaan komputer PC dan digantikan dengan laptop untuk mengurangi konsumsi listrik

2. Mengurangi penggunaan AC pada direksi keet dengan cara membuat banyak jendela dan ventilasi. Kemudian direksi keet diberikan warna cerah misalnya putih agar radiasi panas bisa direduksi dengan baik.

3. Menggunakan Lampu LED selama operasional proyek konstruksi agar lebih hemat energi listrik.

4. Memilih jenis peralatan konstruksi yang memiliki teknologi hemat energi bahan bakar.

Konsep Green Construction Untuk Pembangunan Berkelanjutan
Sumber : Google.com

4. Efisiensi Penggunaan Air

Dalam hal ini air yang digunakan selama proses konstruksi perlu digunakan secara optimal dan efisien. Kita bisa mengupayakan menggunakan air yang berasal dari limpasan air hujan yang ditampung pada suatu tampungan sementara. Dengan melakukan upaya efisiensi kebutuhan air setidaknya kita dapat menjaga ketersediaan air tanah kedepannya.

Konsep Bangunan Hijau (Green Building) yaitu konsep bangunan secara fisik yang mengedepankan upaya ramah lingkungan selama tahap pengoperasian melalui beberapa kriteria seperti penggunaan material bangunan, penggunaan energi, kondisi sirkulasi udara dan cahaya pada bangunan, konservasi air pada bangunan, pemanfaatan lahan dan manajemen lingkungan disekitar bangunan. Berdasarkan aturan Green Building Council Indonesia (GBCI), 2012 ada beberapa Rating Tools/Greenship atau parameter ukur suatu bangunan dikategorikan sebagai Bangunan Hijau (Green Building) yang dapat diringkas sebagai berikut:

1. Appropriate Site Development.

Dalam hal ini lebih ditekankan pada pemanfaatan lahan suatu bangunan secara layak dan berkelanjutan seperti menyediakan area hijau, area untuk transportasi umum, area untuk pengendara sepeda, area untuk landscape dsb.

2. Energy Efficiency and Conservation.

Penggunaan energi secara efisien selama operasional bangunan antara lain dengan menggunakan alat monitoring penggunaan energi listrik, penggunaan cahaya alami dengan memperbanyak bukaan, memperbanyak bukaan ventilasi agar udara dalam ruangan menjadi lebih sejuk sehingga penggunaan AC menjadi lebih berkurang dan penggunaan teknologi energi terbaharukan seperti penggunaan solar panel system.

3. Water Conservation.

Upaya efisiensi konsumsi air dengan menggunakan monitoring volume penggunaan air secara berkala, penggunaan air secara efisien, menggunakan teknologi sistem daur ulang air limbah, pemanfaatan teknologi pengelolahan tangkapan air hujan dsb.

4. Material Resource and Cycle.

Dalam hal ini memanfaatkan material bangunan yang lebih ramah terhadap lingkungan seperti menggunakan material yang dapat digunakan ulang kembali (refuse) atau didaur ulang (recycle) kembali, menggunakan material yang tidak mencemari lingkungan, menggunakan sistem material yang terfabrikasi dan memanfaatkan material lokal,

5. Indoor Health and Comfort.

Parameter bangunan hijau juga mengutamakan kenyamanan penghuni dalam sebuah bangunan antara lain menjaga sistem sirkulasi udara dalam bangunan agar tetap nyaman, kenyamanan suhu bangunan, menjaga kebisingan dalam bangunan, serta kenyamanan dalam hal visual terhadap bangunan.

6. Building Environmental Management.

Berupa manajemen pengelolahan limbah yang dihasilkan selama operasional suatu bangunan dan upaya mereduksi polusi yang dihasilkan pada sebuah bangunan yang berdampak terhadap lingkungan disekitarnya.

Konsep Green Construction Untuk Pembangunan Berkelanjutan
Sumber : Google.com

Dalam mewujudkan Green Construction dan Green Building tentu dibutuhkan biaya yang besar pada awalnya namun hal ini akan menjadi investasi dalam memberikan dampak positif terhadap kelangsungan hidup sebuah bangunan kedepannya. Peran kebijakan pemerintah juga sangat dibutuhkan untuk mendorong terwujudnya masyarakat konstruksi yang lebih mengedepankan konsep ramah lingkungan dalam mendukung pembangunan yang berkelanjutan.

Quick Sale

Online Booking