Basement Sistem Bottom Up

Basement Sistem Bottom Up

Lanjutan dari Basement
Pada sistem ini, struktur basement dilaksanakan setelah seluruh pekerjaan galian selesai mencapai galian elevasi rencana (sistem konvensional). Pelat basement paling bawah dicor terlebih dahulu sehingga menjadi Raft foundation dengan metode papan catur, kemudian basement diselesaikan dari bawah keatas, dengan menggunakan scaffolding. Kolom, balok dan slab dicor ditempat (cast in place). Pada sistem ini galian tanah dapat berupa open cut, sering tidak menggunakan dewatering cut off, tetapi menggunakan dewatering sistem predrainage dan struktur dinding penahan tanahnya menggunakan steel sheet pile yang bisa sementara maupun permanen dengan perkuatan strutting, ground anchor atau free cantilever. Dalam hal ini pekerjaan dewatering akan diberhentikan, harus dihitung lebih dahulu apakah struktur basement yang telah selesai dibangun mampu menahan tekanan ke atas dari air tanah yang ada, agar terjadi deformasi dari bangunan yang dapat menyebabkan keretakan struktur.

Keuntungan dan Kerugian Bottom Up
Kekurangan metode konstruksi Bottom Up ini diantaranya ialah:
a) Transportasi vertikal membutuhkan lahan yang luasnya sebanding dengan kedalamannya.
b) Pelaksanaan dewatering perlu lebih intensif.
c) Penggunaan konstruksi sementara sangat banyak.
d) Hampir dapat dipastikan diperlukan ground anchor.
e) Waste material tiang pancang pada saat penggalian.
f) Tidak memungkinkan pelaksanaan dengan superstruktural secara efisien.


Sedangkan kelebihan metode konstruksi Bottom Up ini diantaranya ialah sebagai berikut:
a) Biaya peralatan lebih murah.
b) Sumber daya manusia yang terlatih sudah banyak memadai.
c) Peralatan yang digunakan adalah peralatan yang umum digunakan misalnya: Backhoe, Shovel Loader dan lainnya, tidak diperlukan peralatan khusus.
d) Tidak memerlukan teknologi yang tinggi.
e) Biaya dinding penahan tanah yang digunakan relatif lebih murah dibanding dengan diapraghm wall yang umum digunakan untuk metode Top down.
f) Teknik pengendalian pelaksanaan konstruksi sudah dikuasai karena sudah banyak proyek bangunan basement yang sudah dikerjakan sehingga pengalaman dan contoh cukup mendukung (project documentation).


Metode Pekerjaan Bottom Up
Secara garis besar kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan konstruksi basement dengan metode bottom up ialah sebagai berikut:
1. Mobilisasi peralatan.
2. Pelaksaanaan pondasi tiang.
3. Pelaksanaan dinding penahan tanah (sheet pile).
4. Penggalian dan pembuangan tanah.
5. Dewatering.
6. Poer pondasi.
7. Waterproofing.
8. Tie beam dan pondasi rakit.
9. Dinding basement dan struktur bertahap keatas.
10. Lantai basement bertahap keatas.



Secara umum, kegiatan-kegiatan pekerjaan tersebut diatas adalah item pekerjaan utama yang hampir dapat selalu ditemukan dalam suatu pelaksanaan pekerjaan basement dengan metode bottom up. Berikut adalah gambaran pelaksanaan pekerjaan berdasarkan urutan pekerjaan yang mana harus dimulai dari lantai dasar basement.


Urutan Pengerjaan Metode Bottom-Up:
1. Penyiapan akses peralatan dan bahan
2. Penggalian tanah
3. Pembuatan pondasi
4. Pembuatan dinding penahan tanah (bila dibutuhkan)
5. Pembuatan lantai basement
6. Pembuatan kolom, balok, dan pelat lantai berulang sampai ke lantai paling atas













































Quick Sale

Online Booking