Kelistrikan

KELISTRIKAN

Listrik merupakan suatu bentuk energi

Pengetahuan kelistrikan bagi seorang perancang dapat melengkapi pengetahuan mengenai infrastruktur dan sistem mekanikal elektrikal

PHASE = menghantarkan listrik

NETRAL = yang mengembalikan laju hantaran listrik

ISTILAH KELISTRIKAN :

PHASE

NETRAL

CIRCUIT BREAKER

KABEL PENGHANTAR

TRANSFORMATOR

GENERATOR SET

*syarat penting yang harus diikuti perancang kelistrikan adalah beban antar phasa harus seimbang.

MACAM-MACAM ARUS LISTRIK :

AC (ALTERNATING CURRENT / arus bolak-balik)

DC (DIRECT CURRENT / arus searah)

SUMBER ARUS LISTRIK :

PLN

Genset

Baterai, accu dll

UNSUR ARUS LISTRIK :

Kuat arus (I) : AMPERE

Tegangan (V) : VOLT

Daya (P) : WATT

STANDART PERATURAN : PERATURAN UMUM INSTALASI LISTRIK

Mengubah arus dari DC ke AC menggunakan INVERTER

Mengubah arus AC ke DC menggunakan KONVERTER

DISTRIBUSI ENERGI LISTRIK :

Pembangkit (generator) dalam kapasitas sampai dengan MW (mega watt)

Jaringan :

1. Tegangan tinggi (150 kV 70 kV)

2. Tegangan menengah ( 20 kV)

3. Tegangan rendah (220 V 380 V)

Konsumen : besar (industri), menengah (bangunan komersial, publik) dan perumahan

SUMBER KELISTRIKAN (DI POWER HOUSE) :

Panel tegangan menengah

TRANSFORMATOR

Generator set (mesin diesel + ALTERNATOR)

PEMBEBANAN :

PENERANGAN

TATA UDARA ( beban mencapai 70 %)

DAPUR

Peralatan transportasi

Peralatan komunikasi, tata suara, alarm, dll

PROSEDUR RANCANGAN KELISTRIKAN :

Estimasi beban listrik

Sesuaikan instalasi dengan standart utilitas kota

Beban pengkondisian udara

Pertimbangan letak, ukuran, peralatan listrik

Pisahkan penerangan dengan daya

Buat diagram listrik

PERTIMBANGAN ENERGI LISTRIK :

Biaya operasional

Instalasi yang operasional (loss rendah) :

1. Pengelompokan yang baik

2. Sumber sedekat mungkin dengan alat yang baik

3. Ukuran penghantar sesuai

4. Pembatas daya yang sesuai

Menyediakan peralatan pengatur beban

Menyiapkan kontrol timer (otomatis)

sumber: http://imajinasi35.blogdetik.com/

Alat-Alat Pengecoran

Lanjutan dari Metode Pengecoran dan Pemadatan Beton

Dalam pelaksanaan pekerjaan pengecoran, dibutuhkan beberapa alat berikut :

1. Agitator Truck

Agitator truck biasanya dipakai untuk mengirim beton ready-mix, dengan drum yang berputar untuk mencegah beton mengalami setting, berbeda dengan truck mixer yang mencampur beton sekaligus mengangkutnya.

Kontraktor harus mengecek nilai slump dari tiap batch individual untuk mengetahui keseragaman konsistensi beton. Bila test ini mengindikasikan adanya variasi nilai slump melebihi 50 mm, agitator disarankan untuk tidak digunakan sampai kondisi tersebut diperbaiki

Agitator harus terawat baik, dan tidak ada akumulasi beton keras dan mortar didalamnya, blade dan setiap bagiannya harus diganti bila telah aus sebesar 25 mm dari design pabriknya

Beton harus sampai di site dan penuangan harus diselesaikan dalam waktu 1,5 jam setelah air dimasukkan dalam campuran semen dan agregat.

2. Concrete Pump

Concrete pump dilengkapi dengan pipa yang panjangnya tergantung jangkauan horizontalnya. Ukuran maksimum agregat yang dapat dipompa hingga 63 mm (tetapi tergantung juga pada spesifikasi pabrik). Dilengkapi agitator pada feeding hopper-nya untuk mencegah beton mengalami setting dan segregasi di lubang penyerapan. Biasanya diperlengkapi dengan 3-5 section untuk Z-boom

3. Tremie

Tremie digunakan untuk metode pengecoran beton didalam air melalui pipa atau tabung, tremie dapat rigid maupun fleksibel. Beton dialirkan secara gravitasional dengan mesin pengaduk beton yang mengalirkan beton melalui bagian atas pipa atau dengan disambungkan secara langsung melalui concrete pump. Pengecoran dengan tremie bertujuan menghasilkan penuangan menerus yang monolitik dibawah air tanpa menyebabkan turbulensi

Syarat pengecoran dengan tremie adalah sebagai berikut :

• Diameter minimum 250 mm

• Penetrasi tremie sekitar 3-4 inchi atau 8-10 cm

• Kadar semen minimum 7 sack tiap kubik yard/0.76 m3

• Slump berkisar 6-9 in

• Penuangan beton dan maneuver tremie harus dilakukan secara hati - hati

• Pengantaran/ pengangkutan beton harus tiba ditempat tujuan dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu

4. Placing Boom

Placing Boom berupa tower yang terdiri dari substruktur turbular, kolom vertikal dan boom / lengan yang dapat mengeluarkan aliran beton segar ke formwork struktur. Pada placing boom terdapat instalasi alat untuk climbing dengan sistem hidrolis yang dioperasikan dengan kabel remote control. Placing boom dapat ditambah tingginya seiring dengan naiknya struktur bangunan dan dapat berdiri hingga 100 ft (30.48 m) tanpa diikat pada apapun. Pergerakan angular pada boom joint-nya besar, sehingga dapat menjangkau berbagai lokasi yang relatif luas. Diperlukan 40 ft container untuk pengangkutan boom.

5. Internal Vibrator

Cara pemilihan vibrator agar menghasilkan beton berkualitas adalah:

• Pilihlah vibrator terbesar dari kelasnya yang sesuai untuk jenis pekerjaan

• Hal penting yang perlu diperhatikan adalah udara terperangkap bergerak keatas dalam campuran mulai 1-3 inch per detik (1 inch, pada nilai slump 0,3 inch pada nilai slump 4-5 inch)

Proses Pengangkutan Beton dan Persiapan Lokasi Pengecoran

Lanjutan dari Metode Pengecoran dan Pemadatan Beton

Proses Pengangkutan Beton

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu proses pengangkutan beton antara lain :

• Semua peralatan untuk pengangkutan harus bersih.

• Tidak boleh terjadi segregasi dan hilangnya plastisitas campuran selama proses  pengangkutan.

• Diusahakan tidak timbul laitance / kelembapan tinggi diatas beton segar.

• Waktu keluar dari batching sampai penuangan selesai tidak boleh lebih dari 1,5 jam atau waktu total sampai dengan pengecoran selesai tidak lebih dari tiga jam dan nilai slump masih memenuhi syarat.

Proses Persiapan Lokasi Pengecoran

Berikut merupakan detail-detail yang perlu diperhatikan untuk mempersiapkan lokasi pengecoran :

• Persiapkan site dengan baik, termasuk pada joint bekisting, pastikan bahwa penempatan tulangan sudah benar (jika ada), pastikan bekisting sudah rata, kuat dan tersangga dengan benar.

• Semua sampah, kotoran dan genangan air harus dihilangkan dari cetakan yang akan diisi beton.

• Cetakan harus dilapisi zat pelumas permukaan sehingga mudah dibongkar.

• Bila ada bagian yang menggunakan batu bata, bagian dinding bata pengisi yang akan bersentuhan dengan beton segar harus dalam kondisi basah.

• Tulangan harus benar-benar bersih dari lapisan yang mengganggu.

• Sebelum beton dicor, air harus dibuang dari tempat pengecoran, kecuali bila digunakan tremie.

• Semua kotoran dan bagian permukaan yang dapat lepas atau yang kualitasnya kurang baik harus dibersihkan sebelum pengecoran lanjutan dilakukan pada permukaan beton yang telah mengeras.

• Pengecoran diatas beton lama/batuan harus dibersihkan, dikasari, dibasahi dan dilapisi dengan mortar/semen yang dibuat dengan menggunakan air dan semen yang sama dengan yang dicor dan nilai slump 15 cm terlebih dahulu, setebal 4-10 cm untuk mencegah lubang-lubang dan menciptakan ikatan yang rapat atau gunakan bonding agent.

• Penundaan pengecoran ketika beton sudah siap di cor menyebabkan penurunan kualitas akhir. Pastikan semua kegiatan diatas sudah terlaksana sebelum beton siap dicor.

Proses Pengecoran

Lanjutan dari Metode Pengecoran dan Pemadatan Beton

Pekerjaan pengecoran adalah pekerjaan penuangan beton segar ke dalam cetakan suatu elemen struktur yang telah dipasangi besi tulangan. Sebelum pekerjaan pengecoran dilakukan, harus dilakukan inspeksi pekerjaan untuk memastikan cetakan dan besi tulangan telah terpasang sesuai rencana.

Cara pengecoran dan pemadatan yang baik, akan menghasilkan ikatan yang kuat antara pasta semen dan agregat serta akan mengisi bekisting secara sempurna. Kedua faktor tersebut diatas berperan penting dalam memberikan kekuatan dan tampilan terbaik pada beton yang dihasilkan.

Ada 3 Teknik Pengecoran yang biasa digunakan antara lain:

- Teknik Pengecoran

- Beton Site Mix

- Beton Ready Mix

Teknik Pengecoran

Lanjutan dari Metode Pengecoran dan Pemadatan Beton

Berikut merupakan teknik-teknik pengecoran pada berbagai lokasi :

a. Pengecoran dinding

• Pengecoran dimulai dari ujung bergerak ke tengah untuk mencegah air berkumpul pada sudut dan tepi bekisting.

• Berikan kelebihan cor setinggi sekitar 5 cm dari bekisting dan pindahkan kelebihan tersebut sebelum beton mengeras agar didapat permukaan yang rata dan bersih.

• Sebelum pengecoran selanjutnya, berikan lapisan mortar.

b. Site datar

• Pengecoran dimulai dari sudut bekisting paling jauh dan bergerak ke arah suplai beton, dimana beton dicampur atau dikirim (mixer truck).

• Jangan mengecor pada titik-titik yang berbeda dan mengeruk titik-titik tersebut secara horisontal untuk meratakan dan menggabungkan agar mengisi bekisting pada posisi akhirnya, hal ini dapat menyebabkan segregasi.

c. Site miring atau dengan slope tertentu

• Pengecoran dimulai dari titik terendah, bergerak naik ke arah yang lebih tinggi sehingga berat beton cor-coran di titik yang lebih tinggi akan memadatkan beton yang telah dicor sebelumnya. Penggunaan campuran yang lebih kental lebih dianjurkan.

Jika area pengecoran luas dan kemiringannya curam serta akses terbatas, concrete pump adalah solusi paling praktis untuk menghemat waktu, energi dan kenyamanan.

Jika temperatur harian > 35° Celcius, maka diusahakan pengecoran dilakukan pada malam hari, atau dilakukan upaya khusus pada proses pencampuran, seperti :

• Pendinginan material dengan siraman air.

• Melindungi semua material dan lokasi pengecoran dari sinar matahari, misalnya dengan menggunakan tenda.

• Mengecat tangki penyimpan air dengan warna putih (tidak menyerap panas).

• Mendinginkan air pencampur beton, atau mencampur dengan es atau air chiller.

• Menyemprot acuan/bekisting dengan air.

• Melindungi beton selama pengangkutan dan pengecoran terhadap sinar matahari.

Proses Perawatan (Curing) Beton

Lanjutan dari Metode Pengecoran dan Pemadatan Beton

Proses curing pada dasarnya adalah proses merawat kelembapan yang cukup didalam beton untuk jangka waktu tertentu selama umur awalnya agar kekuatannya dapat dicapai secara perlahan-lahan namun efektif.

Dengan curing, kekuatan beton pada 28 hari dapat mencapai 4000 psi sedangkan beton yang tidak mengalami curing hanya mencapai kekuatan tidak lebih dari 2000 psi.

Lamanya waktu perawatan beton tergantung dari tipe semen yang digunakan, proporsi campuran, kekuatan yang direncanakan, ukuran dan bentuk massa beton, cuaca dan kondisi lingkungan. Slab dan dek jembatan yang terekspos terhadap cuaca dan serangan kimia biasanya membutuhkan waktu perawatan yang lebih lama.

Keuntungan melakukan proses curing antara lain :

• Kekuatan yang dihasilkan lebih besar dari beton yang tidak dirawat

• Sifat porousnya akan lebih kecil daripada beton yang tidak dirawat, sehingga lebih tahan terhadap penetrasi air dan garam.

• Lebih awet terhadap retak dan pengelupasan.

Berikut merupakan metode dasar curing :

a. Metode yang memberikan kelembapan tambahan

Cara perawatan yang termasuk dalam metode ini adalah:

• Penyiraman

1. Setelah beton agak mengering, pasang adukan pada sekeliling beton lantai yang akan digenangi air dengan tinggi adukan +/- 5 cm.

2. Biarkan adukan sarnpai kering/keras.

3. Aliri/genangi permukaan beton lantai dengan air kerja menggunakan pompa dan slang air.

4. Lakukan penyiraman atau penggenangan permukaan lantai beton secara teratur

5. Kontrol genangan air jangan sampai kering

6. Jika terjadi hujan maka tidak perlu diadakan pekerjaan penyirarnan beton lantai

• Penutupan dengan penutup yang dibasahi, seperti: jerami, tanah, karung goni, cotton mat dan bahan penahan kelembapan lainnya

Kedua metode ini memberikan tambahan kelembapan selama pengerasan awal beton dan mendinginkan melalui melalui penguapan yang sangat penting untuk pengecoran saat cuaca panas. Perawatan beton yang paling baik adalah dengan menyiram beton secara kontinu sedangkan membungkus permukaan dengan penutup yang basah adalah yang paling banyak digunakan. Cara untuk melaksanakan metode curing dengan penutup adalah :

- Bungkuslah beton dengan penutup yang dibasahi sesegera mungkin

- Setelah beton cukup keras untuk mencegah rusaknya permukaan

- Biarkan dan jagalah kelembapannya selama masa perawatan

- Jika memungkinkan untuk membanjirinya dengan air dapat dilakukan dengan membuat tanggul dari tanah disekeliling beton atau merendam beton secara keseluruhan didalam air.

b. Metode yang mencegah hilangnya kelembapan/surface sealing

Metode untuk mencegah hilangnya kelembaban terdiri dari beberapa cara, yaitu :

- Melapisi dengan lapisan waterproof/plastik film, dapat digunakan untuk merawat beton struktural dan permukaan horisontal yang memiliki bentuk relatif sederhana. Lapisan yang digunakan harus cukup besar untuk menutup permukaan dan tepi-tepi beton. Cara untuk melaksanakan metode curing dengan lapisan waterproof adalah :

- Basahi permukaan sebelum ditutup dengan semprotan air yang halus

- Bebanilah tepi-tepi bagian bawah lapisan untuk menutup secara keseluruhan

- Biarkan di tempat selama masa perawatan

Bagaimanapun juga, beberapa jenis lapisan tipis ini dapat menghitamkan beton yang telah mengeras, terutama jika permukaan di-finishing menggunakan trowel baja.

• Melapisi dengan bahan cair pembentuk membran (liquid membrane forming compounds)

Metode ini sesuai tidak hanya untuk perawatan beton segar tetapi juga untuk perawatan beton setelah pelepasan cetakan. Cara pemberian lapisan ini adalah dengan menggunakan sprayer, atau menggunakan kuas pada beton yang telah mengeras tetapi jangan menggunakan kuas pada beton yang belum mengeras karena akan merusakkan permukaan, membuat beton rentan terhadap penetrasi bahan pelapis tersebut dan membuat lapisan tidak menyelubungi beton secara menyeluruh. Jika selama 3 jam awal pemberian lapisan ini terjadi hujan deras di lapangan, permukaan harus disemprot kembali. Perawatan dengan cara ini dapat melindungi beton untuk jangka waktu yang lama bahkan saat beton sudah digunakan.

Karena curing compound ini dapat mencegah terbentuknya ikatan antara beton keras dan beton segar, maka jangan digunakan jika ingin ikatan tersebut terbentuk.

Dalam kasus-kasus tertentu (misal: keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan, tuntutan aktu, dll), beberapa metode diatas dapat digabungkan menjadi satu untuk memperoleh efektifitas yang lebih tinggi.

Sebagai contoh: Beton dirawat menggunakan tiga lapisan. Lapisan pertama adalah plastik, kemudian dilapisi styrrofoam dan terakhir ditutup dengan pasir basah.

a.Beton (selain beton kuat awal tinggi) harus dirawat pada suhu diatas 10°C dan dalam kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya 7 hari setelah pengecoran kecuali jika dirawat sesuai Point c.

b. Beton kuat awal tinggi harus dirawat pada suhu diatas 10°C dan dalam kondisi lembab untuk sekurang-kurangnya selama 3 hari pertama kecuali jika dirawat sesuai Point c.

c. Perawatan dipercepat.

• Percepatan waktu perawatan harus memberikan kuat tekan beton pada tahap pembebanan yang ditinjau sekurang-kurangnya sama dengan kuat rencana perlu pada tahap pembebanan tersebut.

• Proses perawatan harus sedemikian hingga agar beton yang dihasilkan mempunyai tingkat keawetan paling tidak sama dengan yang dihasilkan dengan metode perawatan pada Point a dan Point b.

• Bila diperlukan pengawas lapangan, dapat dilakukan penambahan uji kuat tekan beton dengan merawat benda uji di lapangan sesuai dengan Subbab 7.6(4) SK SNI 03-2847-2002 untuk menjamin bahwa proses perawatan yang dilakukan telah memenuhi persyaratan.

Beton Site Mix

Lanjutan dari Metode Pengecoran dan Pemadatan Beton

Standar pencampuran ini hanya untuk beton normal (dengan berat jenis 2200 kg/m3-2500 kg/m3) dan tidak menggunakan bahan tambahan. Pencampuran dengan bahan tambahan diatur oleh petunjuk penggunaan bahan tambahan yang digunakan.

Alat pencampur yang digunakan harus mempunyai alat pemutar dengan mesin, baik mollen, winget, pan mixer, atau batching plant, yang dibagi dalam dua golongan, yaitu :

1. Golongan 1: Mesin pencampur dengan blade berputar sendiri, contoh: pan mixer dan batching plant

2. Golongan 2: Mesin pencampur dan blade berputar bersamaan, contoh: mollen dan winget

Syarat-syarat pencampuran beton Site Mix adalah sebagai berikut :

a. Semua bahan beton harus diaduk secara seksama hingga campuran seragam dan harus dituangkan seluruhnya sebelum pencampur diisi kembali.

b. Outlet mixer jangan sampai menimbulkan segregasi waktu beton dituang.

c. Beton siap pakai harus dicampur dan diantarkan sesuai persyaratan SNI 03-4433-1997. Spesifikasi beton siap pakai atau ASTM C685. Spesifikasi untuk beton yang dibuat melalui penakaran volume dan pencampuran menerus

d. Adukan beton yang dicampur di lapangan harus dibuat sebagai berikut:

• Urutan pemasukan material kedalam mesin pencampur harus dimulai dengan agregat kasar, agregat halus kemudian semen. Setelah semen dimasukkan, putar mesin pengaduk selama ½ menit kemudian baru dimasukkan air (air dan bahan tambahan, bila tidak terdapat ketentuan lain tentang penggunaan bahan tambahan). Kemudian lakukan pengadukan sesuai waktu yang ditentukan.

• Mesin pencampur harus diputar dengan kecepatan yang disarankan oleh pabrik pembuat. Jika tidak ada, dapat menggunakan pendekatan pada tabel dibawah

Standar waktu minimum pemutaran alat Pencampur beton antara lain :

a. Pencampuran harus dilakukan secara terus-menerus selama sekurang-kurangnya 1,5 menit setelah semua bahan berada dalam wadah pencampur, kecuali bila dapat diperlihatkan bahwa waktu yang lebih singkat dapat memenuhi persyaratan uji keseragaman campuran SNI 03-4433-1997. Spesifikasi beton siap pakai.

b. Pengolahan, penakaran dan pencampuran bahan harus memenuhi aturan yang berlaku pada SNI 03-4433-1997. Spesifikasi beton siap pakai.

c. Catatan rinci harus disimpan dengan data-data yang meliputi:

i. Jumlah adukan yang dihasilkan

ii. Proporsi bahan yang digunakan

iii. Perkiraan lokasi pengecoran pada struktur

iv. Tanggal serta waktu pencampuran dan pengecoran

e. Toleransi berat pencampuran bahan beton:

• Semen dan air +/-2%

• Pasir                +/-3%

• Agregat kasar +/-5%

• Air            +/-2%

• Aditif            +/-5%

Perbaikan Beton

Lanjutan dariMetode Pengecoran dan Pemadatan Beton

Retak / Crack

Untuk Jenis Retak Balok Beton

Suatu kondisi dimana keadaan monolit dari suatu  struktur/penampang beton tidak monolit lagi

Mekanisme Terjadinya Retak:

a. Berdasarkan kapasitas kekuatan tarik

b. Berdasarkan kapasitas regangan tarik

Tiga tipe utama retak intrinsik:

a. Retak akibat early thermal contraction

b. Retak akibat long term drying shrinkage

c. Retak plastic

Jenis dan Tipe Retak

Retak Akibat Early Thermal Contraction

Timbul karena adanya perbedaan temperatur yang cukup besar antara dua sisi penampang beton. Terjadi 1 hari s/d 2-3 minggu setelah selesai pengecoran dan pemadatan Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kenaikan temperature beton:

• Temperatur awal material

• Temperatur udara sekitar

• Dimensi potongan (penampang)

• Curing / perawatan

• Waktu pelepasan bekisting

• Bahan / jenis bekisting

• Admixture

• Kadar semen

• Tipe semen

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Early Thermal Contraction Crack:

• Type agregat

• Penulangan

• Terdapatnya konsentrasi tegangan yang tinggi

• Tinggi pada penampang

• Ada tidaknya movement joint untuk mengakomodasi external restraints

• Perbedaan temperatur antara penampang luar beton dengan bagian dalamnya

Retak Akibat Long Term Drying Shrinkage

Timbul karena penyusutan volume penampang akibat hilangnya air campuran, baik secara kimia maupun fisika pada proses pengerasan beton. Terjadi setelah beberapa minggu s/d beberapa bulan setelah pengecoran

Cara Mengurangi efek drying shrinkage:

• Mengurangi kadar air campuran

• Menerapkan curing

• Menghilangkan external restraints sedapat mungkin dengan menyediakan movement joint

Struktur Beton Yang Retak Dapat Dikategorikan Gagal Bila :

• Secara estetika tidak dapat diterima

• Struktur menjadi tidak kedap air

• Berpengaruh terhadap keawetan struktur

• Berpengaruh terhadap kekuatan struktur

Batasan Lebar Retak (ACI 224R-19)

Batasan Retak:

Sesuai CP 110, lebar retak maksimum 0,3 mm (segi estetika)

Sesuai BS 537, lebar retak dibatasi (segi kekedapan air):

• 0,1 mm untuk lokasi basah dan kering silih berganti

• 0,2 mm untuk lokasi lain

Kontribusi retak terhadap durability beton

Memungkinkan bahan/unsur berbahaya memasuki bagian dalam beton sehingga terjadi reaksi yang merugikan

Lebar retak < 0,2 mm akan menjadi kedap air, kecuali :

• Tekanan air yang tinggi

• pH airnya terlalu rendah

• Retaknya terlalu dalam dan tembus

• Bila retakannya masih bertambah besar

Kontribusi retak terhadap kekuatan struktur:

• Berkurangnya penampang beton yang masih mampu menahan beban

• Berkurangnya daya lekat / lekatan antara beton dan tulangan (dalam kasus plastic settlement crack)

• Berkurangnya kemampuan struktur beton secara keseluruhan akibat reaksi berantai dari perlemahan beton dan tulangan

Retak Plastis

Adalah retak yang terjadi pada beton saat beton itu masih dalam proses pengikatan (plastis) dan terjadi karena fenomena bleeding yang berbeda. Terjadi setelah 1-8 jam setelah selesai pengecoran dan pemadatan.

Jenis retak plastis:

1. Plastic settlement crack (terjadi pada potongan yg tebal & dalam)

2. Plastic shrinkage crack. (terjadi pada permukaan slab/lantai)

Bleeding

Naiknya air campuran beton ke permukaan saat dan segera setelah selesai pemadatan.

Faktor yang berpengaruh terhadap bleeding:

• Kadar udara campuran

• Kandungan material halus

• Rate of evaporation

• Kadar air campuran

• Penggunaan retarder

• Temperatur

• Ketebalan potongan

Plastic Settlement Crack

Terjadi karena adanya perbedaan tahanan penurunan material beton antara posisi yang bebas (unrestraint) dengan posisi yang tertahan (restraint) yang didukung oleh tingkat bleeding dan settlement yang relatif tinggi.

Contoh Plastic Setlement Crack

Mengurangi tingkat bleeding dan settlement:

• mengurangi kadar air campuran/memperkecil slump

• menambah additive :

o AEA

o Plasticizer

Mengurangi efek restraint:

• Mempertebal cover

• Memperkecil ukuran tulangan

Pencegahan terjadinya Plastic Settlement Crack:

• mengurangi tingkat bleeding dan settlement

• mengurangi efek restraint

• menerapkan teknik “ re-vibration”

Re-vibration:

Melaksanakan pemadatan ulang dengan cara vibrasi/penggetaran segera setelah beton membentuk dan masih dalam tahap setting time awal

Plastic Shrinkage Crack

Timbul karena adanya penyusutan volume pada permukaan beton yang masih plastis akibat tingginya tingkat penguapan yang melebihi porsi bleeding, terjadi beberapa jam s/d 1 hari setelah selesai pengecoran dan pemadatan

Tensile Strain Capacity and Shrinkage Strain

Contoh Plastic Shrinkage Crack

Perbaikan Cacat Beton

Dibawah ini diuraikan cara perbaikan cacat beton untuk mengantisipasi kemungkinan yang terjadi, karena proses pembetonan yang dilakukan bergantung pada banyak faktor, seperti: kecakapan pekerja dan hal-hal yang belum diperhitungkan sebelumnya. Jenis cacat dan penangaanya antara lain:

a. Plinth antar sambungan

b. Bunting akibat bekisting berubah bentuk

c. Keropos

d. Pecah kecil

e. Pecah besar

f. Udara terperangkap besar

g. Tali air/Udara terperangkap kecil

h. Retak rambut

i. Retak besar dan dalam

Plinth Antar Sambungan

• Gerinda bagian yang mengalami plint sampai rata

• Bagian yang digerinda dibersihkan dengan sikat kawat dan kuas

• Buat mortar dengan campuran semen biasa dan semen putih sesuai dengan perbandingan tertentu.

• Dilakukan acian pada bagian yang akan di-repair sampai rata

• Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa

Bunting Akibat Bekisting Berubah Bentuk

• Permukaan yang bunting dihilangkan dengan gerinda dan agak cekung

• kedalam, kurang lebih 0.30 cm

• Dibersihkan sampai kering lalu dipoles dengan Sikadur 741

• Dikeringkan dan digerinda akhir sampai rata

• Dilakukan polesan dengan acian pewarnaan untuk mendapatkan warna yang seragam.

• Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa

Keropos

• Dibobok bagian yang keropos sampai bersih (sampai ketemu beton

• yang keras)

• Dibersihkan dengan sikat dan disiram

• Pasang bekisting dengan bentuk yang dikehendaki, lalu dicor dengan

• Sikagrout 215

• Dikeringkan dan digerinda supaya rata

• Dipoles dengan acian pewarnaan

• Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa

Pecah Kecil (lebih dari 5cm dalamnya)

• Dibersihkan dengan sikat dan disiram

• Dipoles dengan Sikadur 741

• Dilakukan acian dengan mortar sesuai komposisi

• Dikeringkan dan digerinda akhir agar rata

• Dipoles dengan acian pewarnaan.

• Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa

Pecah Besar (lebih dari 5cm dalamnya)

• Dibersihkan dengan sikat dan disiram

• Dipasang stek kecil dengan dibor atau di-dynabolt

• Dipasang bekisting sesuai bentuknya dan dicor dengan grouting

• Dikeringkan dan digerinda akhir supaya rata

• Dipoles dengan acian pewarnaan

• Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa

Lubang Besar Akibat Udara Terperangkap

• Dilakukan penyikatan supaya permukaan kasar

• Dibersihkan menggunakan kuas dan disiram lalu dikeringkan

• Diolesi dengan Lem Cebond

• Dipoles dengan Sikadur 741

• Dikeringkan lalu dipoles dengan acian pewarnaan

• Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa/kertas semen

Tali Air/Lubang Kecil Akibat Udara Terperangkap

• Permukaan yang cacat disikat dan dibersihkan

• Disiram air untuk menghilangkan debunya

• Buat acian pewarnaan

• Dilakukan polesan untuk mendapatkan warna yang seragam

• Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa

Retak Rambut (Lebar <0 .5mm="" b="">

• Permukaan yang retak dibersihkan

• Disiram dengan air untuk menghilangkan debunya

• Buat acian pewarnaan

• Dilakukan polesan untuk mendapatkan warna yang seragam

• Setelah agak kering lalu dipoles dengan busa

Retak Besar dan Dalam (lebar lebih dari 0.5mm dan dalam lebih dari 1cm)

• Bagian yang retak digerinda sedalam 5-10 mm dengan lebar 5 cm

• Bersihkan bagian tersebut hingga betul-betul bersih

• Pasang plat dan pipa aluminium pada ujung retak dan direkatkan dengan Sikadur 731

• Patching bagian yang retak dan sudah digerinda dengan Sikadur 741

• Tunggu sampai Sikadur 731 dan Sikadur 741 kering/kuat

• Buat campuran Sikadur 752AB sesuai dengan spesifikasi/dosis

• Masukkan kedalam injection pump dan dilakukan injeksi pada bagian yang retak

• Setelah kering digerinda dan di-finishing dengan acian pewarnaan

• Dilakukan polesan untuk mendapatkan warna yang seragam

• Setelah agak kering, dipoles dengan busa

untuk Kerusakan Beton pada Plat dapat dilihat disini

untukFailure Analysis pada Material Struktur Bangunan dapat dilihat disini

Proses Pemadatan (Compacting) Beton

Lanjutan dari Metode Pengecoran dan Pemadatan Beton

Pengertian dan Pedoman Umum Pemadatan Beton

Pemadatan dilakukan pada semua pembetonan kecuali beton yang dicor didalam air. Pemadatan mengeliminasi lubang-lubang dan membuat agregat halus mengisi cetakan dan membentuk permukaan yang halus, sehingga beton dapat mencapai kekuatannya, durabilitasnya dan homogenitasnya.Proses pemadatan beton dimulai segera setelah beton dituangkan dan beton masih dalam kondisi plastis (workable).

Berikut merupakan pedoman umum proses pemadatan beton :

a. Pemadatan dapat dilakukan secara manual (menggunakan sekop, tongkat atau tamper) maupun mekanis (menggunakan vibrator), tapi yang terbaik adalah secara mekanis. Peralatan pemadatan harus dapat mencapai dasar cetakan dan cukup kecil agar dapat masuk ke celah-celah tulangan.

b. Pemadatan tidak menimbulkan pergerakan besi, bekisting dan embedded material.

c. Pemadatan tidak boleh menimbulkan ruang kosong akibat gaya gravitasi.

Teknik Pemadatan Beton

Dalam pelaksanaan proses pemadatan beton dibutuhkan teknik-teknik sebagai berikut :

a. Pemadatan manual

• Masukkan alat pemadat kedalam bekisting, pada lapisan yang baru saja dituangkan dan beberapa inchi hingga lapisan dibawahnya.

• Gerakkan alat pemadat hingga agregat kasar menghilang dan masuk kedalam beton.

Hindarkan hal-hal berikut ini untuk mencegah segregasi.

- Jangan menggunakan vibrator bila adukan dapat dipadatkan dengan mudah dengan hanya menggunakan pemadatan manual.

- Jangan menggunakan vibrator untuk beton dengan nilai slump lebih dari 5 inchi.

- Jangan menggunakan vibrator untuk meratakan beton didalam bekisting.

b. Pemadatan mekanis (Internal Vibrator)

• Masukkan alat pemadat hingga kedalaman kira-kira 45 cm. Untuk beton air entrained selama 5-10 detik dan untuk beton non-air entrained selama 10-15 detik. Lamanya pemadatan tersebut tergantung pada nilai slump-nya.

• Padatkan secara merata dengan membuat sejumlah kecil area pemadatan yang overlap dan jika memungkinkan, biarkan vibrator berdiri secara vertikal dan biarkan turun dengan sendirinya akibat gravitasi kedalam beton.

• Vibrator tidak hanya bergerak pada lapisan yang baru saja dicor, tetapi juga menembus hingga >10cm kedalam lapisan dibawahnya (yang sudah terlebih dahulu dicor) untuk menjamin terbentuknya ikatan yang baik antar lapisan.

• Pemadatan yang layak telah tercapai jika lapisan tipis mortar muncul kepermukaan disekitar diseluruh bekisting dan agregat kasar menghilang kedalam beton atau pasta semen mulai Nampak disekitar tongkat vibrator dan gelembung udara beton naik ±30 detik.

• Tariklah vibrator secara vertikal dengan kecepatan yang sama saat turun kedalam adukan beton secara gravitasional.

Proses Finishing Beton

Lanjutan dari Metode Pengecoran dan Pemadatan Beton

Proses finishing dilakukan untuk memperoleh permukaan beton dengan efek-efek tertentu sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kasus tertentu, finishing dapat hanya berupa koreksi terhadap cacat permukaan, mengisi lubang-lubang atau membersihkan permukaan. Beton yang tidak memerlukan finishing permukaan, kadangkala hanya membutuhkan screeding untuk memperbaiki kontur. Proses finishing dimulai saat beton (yang telah dipadatkan sebelumnya) dapat menyangga beban satu orang yang berdiri diatasnya dengan hanya meninggalkan sedikit bekas pada permukaannya. Macam-macam proses finishing akan dijelaskan dalam sub-bab 4.8.6.1 sampai 4.8.6.9.

Screeding

Screeding dilakukan untuk memperoleh elevasi/ketinggian yang diinginkan pada pengecoran slab, trotoar atau jalan.

a. Screeding Manual

Menggunakan sebuah alat yang disebut screed, dengan bagian bawah alat datar dan rata untuk menghasilkan permukaan yang rata atau lengkung untuk menghasilkan permukaan lengkung.

Teknik sceed yang baik:

• Gerakkan screed maju dan mundur melintang dipermukaan beton seperti gerakan menggergaji

• Dalam satu gerakan, gerakkan screed maju sekitar 1 inchi disepanjang bekisting

• Jika screed ‘mencongkel’ permukaan beton, (yang mungkin terjadi pada beton air entrained karena sifatnya yang lengket) kurangilah kecepatan maju screeding atau lapisi bagian bawah screed dengan logam

• Lakukan kembali screeding untuk kedua kali untuk membuang permukaan beton yang bergelombang akibat screeding sebelumnya

Screeding yang optimal dilakukan oleh 3 orang (tidak termasuk operator vibrator), dua dari pekerja mengoperasikan screed sedangkan pekerja ketiga membuang kelebihan beton dari bagian depan screed. Kecepatan screeding yang dihasilkan dengan cara ini adalah 200 ft2/jam

b. Screeding Mekanis

Umumnya digunakan untuk pekerjaan perkerasan jalan raya, dek jembatan dan slab. Alat ini memiliki vibrator dan dapat digunakan untuk beton kuat tekan tinggi dan memiliki nilai slump rendah. Keuntungan menggunakan screeding mekanis ini adalah menghasilkan beton yang kuat dengan kepadatan yang lebih besar, finishing yang lebih rapi, mengurangi perawatan (mengeliminasi perlunya floating dan hand tamping) dan menghemat waktu dengan kecepatan operasi yang tinggi. Alat ini terdiri dari beam dan mesin berbahan bakar bensin, atau motor listrik dan penggetar mekanis yang dipasang ditengah beam. Kebanyakan alat jenis ini cukup berat, maka dilengkapi dengan roda untuk membantu memindahkan, tetapi terdapat pula screed mekanis yang ringan dan dapat diangkat oleh dua orang pekerja. Kecepatan mengoperasikan tergantung secara langsung oleh nilai slump, makin besar nilai slump adukan, makin besar kecepatannya.

Teknik screeding dengan alat ini adalah:

• Tidak boleh ada gerakan menyilang dari beam.

• Tuangkan beton pada jarak 4-6 m didepan screed dan pastikan beton yang cukup telah siap didepan screed dengan ketinggian dibawah screed beam.

• Screed kemudian dioperasikan oleh dua pekerja pada kedua ujungnya.

• Jika pada permukaan beton muncul rongga atau lubang setelah screed melewati lapisan itu, maka lubang tersebut harus segera diisi dengan beton segar dan screed kemudian diangkat dan dipindahkan kebelakang untuk pass kedua kali.

Bila saat screeding, terjadi bleeding, jangan menggunakan pasir/semen untuk menyerap kelebihan air akibat bleeding karena akan melemahkan permukaan yang telah mengeras, pindahkan genangan air dengan menarik pipa selang diatas permukaan beton atau saat mix-design gunakan bahan aditif air entraining.

Hand Tamping

Hand Tamping dilakukan setelah screeding. Digunakan untuk memadatkan beton menjadi sebuah massa yang padat dan membuat agregat kasar dengan ukuran partikel besar turun kebawah permukaan, sehingga memungkinkan finishing permukaan dapat dilakukan sesuai keinginan. Alat ini hanya digunakan untuk beton dengan nilai slump rendah. Setelah hand tamping dilakukan, dapat langsung dilanjutkan dengan floating. Alat ini juga dapat digunakan pada pinggiran kolam, driveways, patio, entry, dan courtyard.

Floating

Jika menginginkan permukaan beton yang lebih halus daripada yang diperoleh dengan screeding, maka permukaan harus dihaluskan dengan raskam (float) kayu atau aluminium magnesium. Setelah beton sebagian mengeras, floating dapat dilakukan untuk kedua kalinya agar didapat permukaan yang lebih halus. Floating dapat dilakukan segera setelah kilau air menghilang dari permukaan beton, untuk mencegah retak dan pengelupasan beton.

Hindarkan floating yang berlebihan pada beton yang masih plastis, karena akan membuat air dan pasta semen yang berlebihan naik ke permukaan karena material ini membentuk lapisan tipis yang akan cepat aus dan mengelupas saat penggunaan.

Edging

Semua tepi dari slab yang tidak berbatasan dengan struktur lainnya harus dihaluskan dengan sebuah edger. Alat ini membuat bagian tepi beton menjadi lengkung dan tidak tajam. Proses ini membuat beton lebih rapi dan mencegah pecahnya tepi beton. Edging dapat mulai dilakukan saat kilau ait mulai menghilang dari permukaan.

Trowelling

Trowelling dimulai setelah kilau air menghilang dari permukaan beton setelah proses floating dan beton telah cukup keras. Trowelling yang terlalu awal cenderung mengurangi keawetan beton, sebaliknya, trowelling yang tertunda mengakibatkan permukaan terlalu keras untuk dapat dikerjakan dengan baik. Titik-titik air harus dihindari, jika titik-titik air muncul, pekerjaan finishing tidak boleh dilanjutkan hingga air terserap lebih dulu, menguap atau dibersihkan.

Terdapat dua macam alat untuk trowelling, antara lain :

a. Trowel Baja

• Gerakkan trowel dengan gerakan lengkung dan permukaan trowel berhadapan secara datar dengan beton

• Lakukan trowelling untuk kedua kalinya setelah beton cukup keras sehingga tidak ada mortar yang menempel pada trowel dan suara berdering dihasilkan saat trowel melewati permukaan beton

• Pada trowelling yang kedua kali, trowel harus sedikit dimiringkan sedikit dan gunakan tekanan yang kuat untuk beton yang sudah padat sepenuhnya

b. Trowel Mekanis

Digunakan untuk flat slab dengan kekakuan yang konsisten. Alat ini dilengkapi dengan seperangkat float blade diantara steel blade-nya, jadi floating dapat sekaligus dilakukan. Beton harus diatur sedemikian rupa agar dapat menahan berat mesin dan operator. Meskipun operasi alat ini lebih cepat daripada proses manual, tetapi tidak semua tipe konstruksi dapat menggunakannya dan harus mengacu pada pedoman operasi dan perawatan alat yang dibuat oleh pabriknya.

Brooming

Permukaan yang tidak licin pada beberapa lantai dan trotoar dapat diperoleh dengan proses ini sebelum beton mengeras sepenuhnya. Dilakukan setelah floating.

Untuk menciptakan pola lengkung, berombak, herringbone bahkan lingkaran perlu diperhatikan hal-hal berikut :

• Jika tidak menginginkan alur yang besar, dapat menggunakan sikat halus setelah satu kali trowelling

• Jika alur yang besar/kasar diinginkan, dapat menggunakan sapu kaku yang terbuat dari kawat baja/serat kasar.

• Untuk lantai beton jalan (parkiran misalnya), arah alur yang dihasilkan harus pada sudut yang benar terhadap arah lalu lintas

Grinding

Bila proses ini diinginkan untuk lantai beton, harus dimulai setelah permukaan mengeras secara cukup untuk mencegah tercabutnya partikel agregat.

• Selama proses grinding, lantai harus tetap basah dan dilanjutkan dengan menyikat dan membilas dengan air

• Setelah permukaan selesai dikerjakan, lubang-lubang dan cacat ditutup dengan grouting encer berupa campuran satu bagian graincarborundum grit no. 80 dan satu bagian portland semen. Bahan ini diratakan di permukaan dan diratakan pada lubang-lubang itu dengan sendok semen. Kemudian digosok-gosokkan ke permukaan beton dengan mesin grinding. Saat beton grouting telah mengeras selama 17 hari, beton di-grinding untuk kedua kalinya agar lapisan yang tidak diinginkan hilang dan memberikan sentuhan akhir.

• Material yang tersisa diatas beton kemudian dibuang dengan penyiraman air secara keseluruhan.

Sack-Rubbed Finish

Finishing dengan cara ini kadang diperlukan jika penampilan lantai beton yang terbentuk jauh dari yang diharapkan. Dilakukan setelah perbaikan-perbaikan dan perbaikan cacat-cacat mayor telah terselesaikan. Jika menggunakan cetakan atau bekisting dari plywood, polyfilm atau cetakan lain yang sudah membentuk permukaan beton agar halus, maka tidak perlu dilakukan rubbing lagi.

Berikut merupakan langkah yang dapat dilakukan untuk melaksanakan proses rubbing :

• Rubbing yang pertama dilakukan dengan agregat kasar batu Carborundum segera setelah beton mengeras sehingga agregat tidak akan tertarik keluar

• Beton kemudian dirawat hingga rubbing akhir dilakukan

• Batu Carborundum yang lebih halus kemudian digunakan untuk rubbing akhir

• Beton harus tetap lembab saat proses rubbing dilakukan

• Mortar yang digunakan dalam proses ini dan tertinggal dipermukaan harus tetap dijaga kelembapannya hingga 1-2 hari setelah beton disiapkan untuk dirawat

• Lapisan mortar harus tetap pada ketebalan minimumnya untuk menghindari kemungkinan mengelupas dan mengotori tampilan permukaan beton.

Exposed Aggregate Finish

Finishing yang berupa agregat yang diekspos menghasilkan permukaan yang tidak licin dan biasanya digunakan untuk keperluan arsitektural.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dala exposed aggregate finish adalah sebagai berikut :

• Biarkan beton hingga cukup keras agar dapat mendukung material finishing

• Agregat diekspos dengan cara menambahkan retarder diatas permukaan beton lalu permukaan beton tersebut disikat dan dibilas dengan air Karena timing yang tepat sangat penting, buatlah beberapa pengujian untuk menentukan waktu yang tepat untuk mengekspos agregat

Quick Sale

Online Booking