Pekerjaan Galian


Pekerjaan galian pondasi tanah bangunan adalah pekerjaan yang sering mengalami kendala disamping berhubungan dengan alam juga pekerjaan ini sering dianggap sepele karena dianggap hanya membutuhkan tenaga saja. Bagi  orang   yang kurang mengerti mungkin berpikir  tidak masalah  jika galian pondasi salah, kan nanti tidak kelihatan karena akan ditutup kembali, padahal bisa saja kesalahan tersebut akan mengakibatkan kerugian waktu, material dan juga mempengaruhi ukuran bangunan  dan juga kekuatan konstruksinya. Kadang banyak pekerja tidak memperdulikan keselamatan saat melakukan penggalian tanah. Banyak resiko yang Akan dihadapi jika terjadi kesalahan galian tanah pondasi misalnya:


  • Galian tanah yang tidak sesuai dengan posisi dan ukurannya Akan mempengaruhi proses konstruksi berikutnya, dimana penempatan/ titik titik pondasi yang salah Akan mempengaruhi posisi kolom.
  • Bila elevasi galian tidak sesuai, misalnya terlampau dalam atau terlampau rendah berpengaruh terhadap kekuatan daya dukung berdasarkan hasil pengujian tanah.
  • Bila posisi terlalu jauh dari rencana, bisa mengakibatkan pengulangan galian yang menimbulkan kerugian waktu dan biaya.
  • Pekerjaan galian tanah mengandung resiko longsoran dan reruntuhan

Berikut hal yang harus diperhatikan pada pekerjaan galian pondasi:
  • Pelaksana harus memperhatikan faktor keamanan bagi masyarakat di sekitar galian pada saat pelaksanaan pekerjaan. Perlunya pembuatan pagar atau papan petunjuk agar setiap orang berhati-hati disekitar galian. Hanya pekerja dan yang berkepentingan yang diijinkan memasuki area galian pondasi.
  • Sebelum dilakukan penggalian pelaksana dan pengawas perlu memeriksa batas tanah pemilik. Jika tanah berbatasan dengan pemilik lain maka terlebih dahulu dilakukan pembicaraan apakah galian tanah dapat dibuang sementara ke lokasi tanahnya, jika tidak bisa dilakukan maka harus dilakukan pengaturan posisi pembuangan supaya dapat dihindari terjadinya longsoran tanah.
  • Untuk lokasi area yang sempit perlu diperhatikan posisi pembuangan tanah supaya tetap tersedia lokasi penempatan material dan peralatan pengecoran. Pengawas dan pelaksana memeriksa sistim penumpukan tanah galian pondasi   dan memastikan sistem penumpukan tersebut tidak menghambat proses pengecoran.
  • Sebelum penggalian dimulai, Pengawas dan Pelaksana supaya memeriksa   dimensi dan elevasi kedalaman galian (disesuaikan dengan gambar).  Pelaksana harus membuat papan bowplank yang kuat untuk membuat garis benang posisi dan batas tanah yang Akan digali. Pemberian benang harus mudah dibuka dan dipasangkan kembali supaya tidak menganggu pekerjaan galian.
  •  Pelaksana harus mengatur metode pengalian, pembuangan dan penumpukan tanah. Penumpukan tanah galian tidak boleh terkonsentrasi dekat galian untuk mengurangi resiko runtuhan tanah masuk kembali ke dalam galian pondasi.



  • Bila ukuran galian lebih dari 1 m, pelaksana harus menyediakan tangga sementara, disediakan buat pekerja sebagai akses turun naik ke dalam penggalian.
  • Type galian disesuaikan dengan kondisi tanah aktual. Untuk kondisi tanah dimana koefisien runtuhan tanah kecil dapat dilakukan sisi galian tegak , jika koefisien runtuhan tanah besar maka sisi galian miring .



  • Untuk galian tanah yang terdapat sumber mata air dibawahnya maka subkontraktor harus menyiapkan mesin pompa air untuk mengeluarkan air tersebut. Begitu juga apabila galian menampung air hujan maka sebelum meneruskan pekerjaan selanjutnya maka air harus dibuang terlebih dahulu, namun jika system pengurasannya menggunakan deep well perlu diperhatikan juga dampak terhadap tetangga sekitar.
  • Selama proses pengalian, pelaksana dan pengawas harus memperhatikan keselamatan pekerja yang ada di dalam galian. Pelaksana harus memastikan tersedia orang yang membuang tumpukan tanah di pinggir galian supaya tanah tidak bertumpuk. Hal ini untuk menghindari longsoran dimana tanah galian masuk kembali ke dalam.
  • Jika proses penggalian sudah selesai, pengawas harus melakukan pengecekan kembali ukuran dan elevasi kedalaman galian apakah sudah sesuai dengan gambar rencana.
  • Setelah proses pengecekan selesai dan sudah memenuhi syarat, selanjutnya pekerjaan siap dilanjutkan dengan pembuatan lantai kerja.


Untuk metode pelaksanaan pekerjaan galian dapat mengikuti langkah sebagai berikut


  • Galian tahap 1, penggalian dilakukan Backhoe dan material langsung di dumping ke dump truck (posisi damp truck yang optimal di mana sudut swing bucket backhoe 450 - 900), tinggi galian sesuai perhitungan tinggi kritis
  • Galian tahap 2, lereng hasil penggalian tahap I harus diproteksi dari gerusan air hujan dengan mengunakan terpal plastik (plastic sheet) dan galian tahap kedua dapat dilaksanakan dengan rnetode yang sama pada tahap 1.
  • Penggalian dilanjutkan sampai elevasi rencana, untuk penggalian dibawah permukaan air tanah dilakukan pekerjaan dewatering.
  • Hasil galian ranah dibuang ke lokasi disposal area, diusahakan agar jarak disposal adalah jarak terdekat dan yang perlu diperhatikan usahakan tanah galian tidak berjatuhan di jalan dengan cara menutup bak dump truckdengan terpal.





























Pekerjaan Well Point/Dewatering

Pada pembangunan gedung bertingkat saat ini sering dibuat basement dengan berbagai alasan, diantaranya dengan menamhah ruang dan alasan lain seperti biIa dijumpai tanah lembek. Untuk mernbuat basement, penggalian tidak dapat dihindarkan dan bilamana muka air tanahnya tinggi serta pada lapis yang tembus air, maka pemompaan harus dilakukan untuk mengeringkan lahan agar pelaksanaan konstruksi dapat dilakukan.

Salah satu metode yang bisa dilakukan pada pelaksanaan galian basement adalah dengan metode pengurasan. Dimana pengurasan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa Cara yaitu dengan memompa air tersebut keluar dari lokasi yang akan digali atau dengan cara mengalirkannya air tersebut keluar.

Dewatering (pekerjaan pengeringan) adalah pekerjaan sipil yang bertujuan untuk dapat mengendalikan air (air tanah/permukaan) agar tidak mengganggu/menghambat proses pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi, terutama untuk pelaksanaan bagian struktur yang berada dalam tanah dan di bawah muka air tanah.


Pengaruh air tanah yang tidak dipertimbangkan pada proyek konstruksi dapat mengakibatkan suatu problem yang besar. Kondisi air tanah yang semula kurang diketahui atau tidak diperhitungkan, dapat mengubah proses pelaksanaan dan bahkan dapat mengubah desain struktur, dan terakhir akan mempengaruhi biaya keseluruhan bangunan.


Sering dijumpai, bahwa problem air tanah yang tidak diharapkan dapat menyebabkan terlambatnya penyelesaian proyek konstruksi, dan bahkan dapat mengakibatkan perubahan desain konstruksi secara drastis. Agar dapat menghindari masalah tersebut, harus dapat memahami dan mengerti hal-hal tentang air tanah.


Pada dasarnya ada 2 hal yang perlu diketahui tentang air tanah, ditinjau dari pengaruhnya terhadap proses pelaksanaan bangunan, yaitu:
1. Bagaimana air tersebut bergerak di dalam tanah sekitarnya.
2. Bagaimana pengaruh air tersebut terhadap tanah sekitarnya.
Dengan mempelajari kedua faktor pokok tersebut, dapat dilakukan berbagai usaha untuk mencegah hal-hal yang tidak inginkan.


Jadi maksud dan tujuan Dewatering /pekerjaan pengeringan adalah untuk dapat mengendalikan air tanah, supaya tidak mengganggu /menghambat proses pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi bangunan sipil.


Metode sederhana dewatering adalah:
1. Menentukan letak titik dan kedalaman rencana pengeboran (penentuan titik ditentukan berdasarkan posisi galian yang akan dilakukan dan mempertimbangkan bahaya dan dampak dari dewatering terhadap lingkungan sekitar terutama pada tetangga yang berdempetan langsung terhadap area proyek (resiko akan terganggunya stabilitas tanah gedung tetangga dan mengakibatkan longsor, dan kerusakan pada bangunan tetangga)


2. Menyiapkan Casing pipa PVC dengan urutan sebagai berikut
a. Lubangi pipa casing pada bagian ujung yang akan terendam air dengan diameter lubang sesuai yang direncanakan dengan menggunakan alat bor.
b. Bungkus lubang-lubang pipa tersebut dengan kawat ayam/plastik filter.
c. Buat bak penampung air sirkulasi pengeboran berupa galian tanah yang dilapisi semen.
d. Laksanakan pengeboran tanah dengan mesin bor, jumlah lubang dan diameter serta kedalaman galian harus sesuai dengan rencana.
e. Kemudian pipa tersebut dimasukkan ke titik yang sudah direncakan sebelumnya.



3. Setelah pipa dimasukan mulai mempertimbangkan untuk memasukan alat pompa ke dalam pompa, isi rongga antara lubang pengeboran dan casting PVC dengan koral.Isi rongga antara lubang pengeboran dan casting PVC dengan koral. Buat saluran temporer ataupun permanen untuk pembuangan air hasil dewatering.



4. Pasang dan operasikan pompa Konstruksi sumur submersible secara otomatis ke dalam casing PVC dengan mengatur:
a. Rangkaian pompa submersible dengan pipa galvanis
b. Letak manometer, stop kran, check valve (untuk mengetahui dan mengatur tekanan/debit air ).
c. Letak water level control elektrode (untuk mengatur tinggi rendahnya permukaan air di dalam sumur sebagai pengamanan pompa).
d. Letak panel kontrol dan instalasi listrik.



5. Menghindari dampak terganggunya stabilitas tanah tetangga akibat dewatering perlu adanya kontrol untuk melihat permukaan ketinggian elevasi dari muka air tanah, atau dengan mengembalikan air tanah (recharging) sebagian ke area yang berhimpitan dengan tetangga (dengan harapan mengembalikan stabilitas tanah diarea terdampak akibat pekerjaan dewatering.


Metode yang dapat dipakai untuk pekerjaan dewatering antara lain:
1. Open Pumping
2. Predrainage
3. Cut Off


Pekerjaan dewatering tidak sepenuhnya berjalan mulus tanpa efek samping terhadap kondisi lingkungan sekitarnya. Dewatering kadang-kadang mengakibatkan settlement pada tanah sekitar, bahkan terkadang disertai dengan kerusakan struktur bangunan yang ada. Dalam praktek, hal ini jarang terjadi, tetapi hal ini berpotensi menimbulkan klaim dari pihak lain yang merasa dirugikan.


Dewatering dapat menyebabkan settlement karena:
1. Tersedotnya partikel halus dari tanah oleh pompa yang digunakan (wellpoint atau well).
2. Metode Open pumping yang kurang sesuai, sehingga terjadi proses boiling dan piping.
3. Terjadi konsolidasi silt, clay atau loose sand akibat naiknya effective stress.


Untuk kasus nomor.1 dan nomor 2 masih bisa untuk di kontrol dengan suatu metode yang layak, tetapi yang terakhir dapat saja terjadi pada metode yang layak sekalipun.


Dampak lain dari pekerjaan dewatering, selain dari yang disebutkan di atas (diluar proyek konstruksi) adalah sebagai berikut:
1. Dapat menyebabkan intrusi air laut (air asin) atau air yang tercemar.
2. Struktur sipil yang menggunakan bahan kayu yang berada di bawah muka air dapat rusak.
3. Merusak ekologi dari wetlands
4. Pohon dan tumbuahan di daerah sekitar pekerjaan dewatering dapat terganggu.


Sebelum melaksanakan pekerjaan dewatering maka terlebih dahulu dibuat perencanaan yang matang disertai dengan studi terhadap AMDAL (Analisa mengenai dampak lingkungan hidup) dan hal-hal lain yang dapat mengakibatkan dampak negatif yang tidak diinginkan.










































































Quick Sale

Online Booking